Reva masih menatap lelaki disampingnya, ada apa dengannya? Ah itu sudah Reva tanyakan, tetapi jawabannya "Gue gak papa, santai." Kata orang ada arti sembunyi di balik kata 'gak papa' tapi sampai saat ini Reva belum mengetahui tentang arti 'gak papa' yang diucapkan Taufik.
Sakit. Iya sakit jika Taufik harus bersikap seperti ini, siapa lagi yang ia punya jika bukan Taufik dan Dinda. Tak lama hp di saku Reva bergetar, ada Line masuk, ia melihatnya dan lagi-lagi nama Raka lah yang tertera.
"Siapa itu?" Tanya Taufik sedingin mungkin.
Reva menunjukkan hp nya dan berkata, "Raka, Fik."
Taufik hanya mengangguk malas dan membuang wajahnya dari tatapan hp tersebut.
"Dia bilang apa?" Tanya Taufik, namun pandangannya tak melihat Reva, matanya terfokuskan dengan pemandangan taman di depannya.
Raka: Lo dimana Rev?
"Nanya gue lagi dimana." ucap Reva memandang Taufik.
"Balas aja!"
"Balas apa Fik?"
"Ya sekarang lo lagi dimana?"
Kemudian Reva meraih hp nya, membalas pesan singkat Raka, ini bukan kemauannya ini karena suruhan Taufik yang membuatnya membalas pesan singkat itu.
Revanda: Taman.
Balasnya dengan singkat, padat dan jelas.
"Gue mau cerita sama lo Fik?"
"Silahkan!"
Reva menatapnya ragu, apa dengan keadaan ini Taufik akan mendengarkan keluh kesahnya, Reva merasa Taufik masih kecewa dengannya, karena menutup semua keluh kesahnya kepada Taufik, tapi hari ini, Reva yang tertutup, telah hilang, dia tak boleh egois, Taufik sahabatnya, dia selalu ada. Bahkan sampai saat ini.
Reva menceritakan pertemuan pertamanya dengan Farel, lalu bertemu di kantin saat ia bersama Dinda, tetapi Reva cemas saat Farel lah yang Dinda ceritakan selama ini. Sampai ia menceritakan sikap Raka yang kadang berubah-ubah. Ia bingung harus ke siapa menceritakan semuanya, Reva harap Taufik lah yang terbaik, Taufik lah yang akan mengerti semuanya.
Taufik masih mendengarkan dengan baik kata demi kata yang diucapkan Reva. Sampai akhirnya.....
"Gue harus gimana Fik?"
Taufik tersenyum padanya, rupanya Taufik sudah tidak kecewa saat sahabat disampingnya terbuka dengannya. "Terakhir ketemu Farel bilang gitu?"
Reva mengangguk, "Gue jawab 'iya' terus dia senyum dan langsung pergi."
"Gak berucap lagi?"
Reva menggelengkan kepalanya, menandakan 'tak berucap lagi'.
Kini Taufik mengalihkan pembicaraannya mengenai Farel, menjadi Raka, lelaki yang duduk disampingnya.
"Pertanyaan gue masih sama, gimana perasaan lo ke Raka? Gue harap jawaban hari ini jujur."
Reva menatapnya kaget, Reva pikir pertanyaan itu takkan ia bahas lagi. Tapi rupanya, Taufik masih menyimpan dalam pertanyaannya.
"Gue belum bisa pastiin Fik, kalo gue cinta atau sekedar memaksakan diri untuk gue jatuh cinta sama dia."
"Kenapa lo selalu khawatir saat lo ngeliat Raka terluka?"
Reva menoleh ke Taufik, "Gue cuma takut dia begitu karna Jieyo, lo bayangin dia anak baru, dan langsung jadi korban Jieyo, gue bener-bener malu Fik sama diri gue sendiri, tanpa sepengetahuan gue, udah banyak laki-laki yang jadi korbannya Jieyo, gue takut Fik." ucap Reva lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Cinta
Подростковая литература[SELESAI] [Proses Editing] Ini bukan suatu kebetulan. Bisa dikatakan ini Takdir. Takdir menemukannya lagi. Lagi yang dulu pernah terpisah. Kata orang 'kesempatan kedua ga akan bisa sama dengan awal perkenalan'. Tapi aku ga percaya. Aku yakin ini tak...