Raka masih menatap nanar perempuan di sampingnya. Dia berpikir, dulu saat dia yang bersikap dingin kepada Reva, Reva tak suka, Reva selalu marah kalau sifatnya dingin. Tetapi mengapa sekarang sikap Reva dingin sepertinya dulu.
"Rev kalo ada yang salah sama gue, gue minta maaf banget. Gue suka sama lo. Kalo lo jauh, gue suka rindu"
Reva masih terus berjalan dan mendiamkan Raka, sebenarnya hatinya merasa sangat senang jika Raka berkata seperti itu, setidaknya perasaan yang ia pendam terbalas. Apa susahnya jika Reva berkata 'gue juga suka lo, Rak' semuanya selesai. Raka bisa menjadi miliknya dan begitupun sebaliknya.
Tapi apa kenyataannya? Reva hanya diam dan terus diam.
Reva hanya menguji hatinya dan hati Raka. Menguji hatinya, apa benar ia benar-benar suka atau hanya ketertarikan semata, atau untuk melupakan masa lalunya saja? Dan menguji hati Raka, apakah ia juga benar menyukainya atau hanya sekedar omong kosong saja?
Lalu sekarang harus apa? Reva-pun merasakan hal yang sama dengan Raka, jika jauh ia rindu. Bagi Reva menyukainya dalam diam lebih baik, setidaknya ia tahu jika Raka membalasnya, dan tanpa sepengetahuan Raka, Reva juga membalas perasaan Raka. Jika ia jujur kepada Raka, boleh jadi mereka resmi berpacaran. Reva tak suka dengan itu. Ia tak siap jika nantinya Raka akan pergi dari kehidupannya.
Mereka telah sampai ke kelas, sejak di perjalanan tadi dan sekarang sampai di kelas Reva masih diam dan tetap diam.
Ayana mendengus kesal saat melihat Raka berjalan di belakang Reva. Ayana menatapnya tak suka. Ayana tak suka jika Raka berbicara Reva Ayana tak suka jika Raka menatap Reva. Ayana tak suka jika Raka tertawa dengan Reva. Ayana benci Reva. Sampai kapanpun benci Reva.
Ayana beranjak dari kursinya dan segera menyusul Raka ke tempat duduknya. "Raka. Kamu udah sarapan belum? Ke kantin yuk?" Ajak Ayana sesekali melirik Reva tak suka.
"Ayuk! Gue juga belum sarapan" ucap Raka beranjak dari kursinya dan pergi bersama Ayana. Ayana dengan bangganya menggandeng tangan Raka dan Raka tak menolak sedikitpun. Raka melewati Reva yang sedang menulis dan menatapnya nanar, sedangkan Reva tak menggubrisnya sama sekali. Ia masih fokus dengan tulisan-tulisan nya.
Lebih baik aku menjadi tinta hitam, dibanding aku menjadi penghapus yang bersih dan pada akhirnya ia akan kotor juga.
Revanda
Reva memang diam. Namun hatinya menjerit kesakitan saat dirinya melirik Raka dan tangannya sedang di gandeng dengan Ayana, perempuan yang sangat membenci Reva.
Raka tidak menolak sedikitpun. Raka menerima gandengan itu, bahkan saat ia bersama Raka, untuk menatapnya saja ia tak sanggup, tapi kenapa Ayana dengan mudahnya menggandeng Raka? Dan Raka tak menolak. Lalu apa maksudnya Raka berucap kalau ia menyukai Reva? Apakah itu sungguh? Atau hanya dusta? Reva muak. Iya. Sangat muak.
Tak lama Taufik dan Dinda datang bersamaan, mereka duduk didekat Reva dan menanyakan keadaannya, "Lo gapapa Rev?" Tanya Taufik dengan sedikit nada khawatir.
"Apaan sih Fik, gue gapapa kali" ucap Reva kemudian tertawa hambar.
"Ayo ikut kita!" Dinda dan Taufik menaruh tasnya kemudian menarik tangan Reva. Mereka mengajak Reva ke tempat biasa mereka berkumpul, dimana lagi kalo bukan atap sekolah.
Mereka bertiga duduk dan Dinda langsung berbicara dengan nada sedikit teriak, "kita udah berapa kali bilang sama lo? Gue mohon Rev. Jangan tutup-tutupin semua masalah lo"
Reva tersenyum sumbing, "maksud kalian?" Tanya Reva bingung.
"Apa lo baik-baik aja melihat Raka dan Ayana dekat kaya gitu?" Kali ini Taufik yang berbicara, Dinda menatapnya bingung, kenapa Taufik bisa bicara semudah itu.
"Baik-baik aja, seperti yang kalian lihat"
"Gue ga yakin" ucap Dinda.
"Gue tahu Rev. Lo cemburu kan sama Ayana? Lo suka sama Raka?"
Reva menatapnya malas, "Gue ga suka sama pertanyaan itu"
"Lo tinggal jawab iya atau engga!" Ucap Dinda.
"Engga!" Reva menghela napasnya panjang, kemudian melanjutkan, "Karna gue sama dia teman dan tetap jadi teman. Dekat juga bukan berarti pacar kan?" Ujar Reva menoleh ke Dinda dan ke Taufik, bergantian.
"Ga yakin!" Cibir Taufik.
Dinda menatap Reva dengan tatapan mengintrogasi, "Kenapa lo ga pernah cerita tentang Farel ke gue?"
Deg!! Dinda udah tau bahwa Reva kenal dengan Farel.
"Dari Taufik ya?" Reva melihat Dinda kemudian ke Taufik.
"Kenapa lo ga cerita gue?" Tanya Dinda lagi.
Kemudian Reva menceritakan awal kejadian ia bertemu Farel dan sampai saat ini.
--
Raka's POV
Gue lagi makan di kantin bareng si Ayana. Ini buka kemauan gue, gue cuma mau tau Reva cemburu atau engga Ayana ngajak gue sarapan dan ngegandeng gue tadi. Tapi pas gue ngelirik mukanya Reva, nyatanya Reva diam aja. Apa arti diamnya Reva, dia benar-benar ga perduli sama gue, atau dia cuma nutupin rasa cemburu dia.
Gue ga tau kenapa perasaan gue ke Reva tumbuh dengan cepat dan liar seperti ini. Bahkan gue ga tau kalo gue beneran suka sama dia, bukan sekedar suka, tapi lebih dari suka. Gue suka senyuman Reva, gue suka cara bicara Reva, gue suka cara Reva ketawa. Dan.... gue suka semua tentang Reva.
Khayalan gue terganggu saat cewek di depan gue berisik banget nanyain ini itu ke gue. Suka banget kepo sama privasi orang deh.
Akhirnya gue ber-alibi kepada Ayana kalau gue ingin ke kamar mandi. Dan setelah itu gue pergi jauh dari Ayana. Akhirnya!!
Saat di lorong sekolah, gue ngeliat Reva dan 2 sejolinya sedang berjalan dengan cepat. Kayanya dia mau ke suatu tempat. Dan gue tau jalan itu, itu adalah jalan menuju atap sekolah, dan gue tau tempat itu, tempat dimana Reva, Taufik, ataupun Dinda membuang keluh kesahnya. Akhirnya sampai juga, gue mendengarkan omongan mereka dari balik tangga.
"Gue tahu Rev. Lo cemburu kan sama Ayana? Lo suka sama Raka?"
"Gue ga suka sama pertanyaan itu"
"Lo tinggal jawab iya atau engga!" Ucap Dinda.
"Engga!"
"Karna gue sama dia teman dan tetap jadi teman. Dekat juga bukan berarti pacar kan?" Lanjut Reva lagi.
Deg!
Hati gue hancur. 'Tetap jadi teman' kata yang sederhana, tapi menyakitkan. Sungguh. Jadi ungkapan gue selama Reva anggap lelucon.
Gue memutuskan pergi dari tempat ini, gue berjalan ke kelas dengan rasa kecewa. Banyak teriakan anak perempuan yang membuat telinga gue hampir pecah. Setelah sampai di kelas, gue melewati meja Reva dan melihat diary yang tergeletak di meja Reva, gue tau, diary ini adalah kumpulan tulisan-tulisan Reva. Gue memutuskan untuk mengambilnya.
--
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Cinta
Teen Fiction[SELESAI] [Proses Editing] Ini bukan suatu kebetulan. Bisa dikatakan ini Takdir. Takdir menemukannya lagi. Lagi yang dulu pernah terpisah. Kata orang 'kesempatan kedua ga akan bisa sama dengan awal perkenalan'. Tapi aku ga percaya. Aku yakin ini tak...