Hari sabtu ini Reva libur kuliah, ia sedang bersama Renata di ruang tamu untuk bersantai sambil menonton tivi. Di dapur ada Bibi dan Reno yang juga ikut-ikutan libur hari ini.
"Ma, kak Reno punya pacar!" Heboh Reva sembari melirik Reno yang ada di dapur.
"Kamu serius?"
"Iya Ma, aku serius"
"Akhirnya kakak kamu it--"
"Ma, aku masih normal ya" sela Reno saat tiba di ruang tamu. Kali ini Reno menjabat sebagai kaum jomblo memang sudah terhitung lama, dan Renata selalu curiga bahwa Reno tidak suka lagi dengan perempuan, walaupun Reno tau Mamanya hanya bercanda, tapi tetap saja Reno kesal di pandang seperti itu.
"Kapan kamu nikah?" Tanya Renata langsung pada intinya.
"Apasih Ma, udah mikir kesana aja" ucap Reno dengan malas.
"Cepet-cepet nikah deh kak, biar ga putus-nyambung terus" Reva mencibir.
"Ini yang terakhir kok, janji deh Ma" ucap Reno manja dengan memasang ekspresi childish.
"Jijik banget sih kak" celetuk Reva sambil menyesap cokelat yang tadi ia buat.
"Kapan cari pacar kamu?"
Reva diam. Detik kemudian menyesap kembali cokelat panasnya. Reva sama sekali tidak mempedulikan pertanyaan Reno, Reno yang tersadar juga ikutan diam.
"Kalian jadi nanti malam pergi?" Tanya Renata berusaha mencairkan suasana.
"Jadi dong Ma, pokonya kamu harus dandan yang cantik!" Seru Reno sembari mengusap kan pucuk kepala Reva.
"Aku sih udah cantik, hih" pekik Reva.
Renata yang mendengar hanya melongo dan detik kemudian tertawa kecil disusul dengan Reno yang mengangkat sebelah alisnya lalu tersenyum kecut.
"Ge-er banget, ih"
-----
Tepat jam tujuh malam, Reva telah rapi dengan dress selutut berwarna putih dengan lengan panjang, terlihat sangat sederhana namun masih terlihat modis dengan paduan high heels tujuh senti berwarna hitam dan rambutnya di gerai begitu saja.
Reva juga tidak terlalu tebal memoles make up di wajahnya, dan bibirnya dia poles sedikit lip ice yang terpajang di lemari kacanya. Reva keluar dengan tampilan yang sangat beda dari biasanya, gaun yang pernah di pakai saat acara promnight angkatannya dan yang pasti saat itu masih bersama Raka. Tapi bagaimanapun semua yang terjadi adalah takdir, dan Allah tak akan pernah salah dalam menentukan takdir seseorang. Mungkin boleh jadi detik kemudian, Reva sudah bisa mengikhlaskan kepergian Raka, Reva percaya hanya raga nya saja yang pergi, tetapi hati dan jiwa Raka masih bersamanya, di dekatnya.
"Kak Reno!!" Reva mengetuk setengah kencang pintu kamar Reno. Tak lama sang empunya kamar keluar dan menampakkan penampilan yang sangat luar biasa. Celana bahan hitam berpadu dengan kemeja putih berkerah dan memakai sweater berwarna hitam, kerah dari kemejanya ia keluarkan. Bukan seperti kak Reno yang acak-acakan, batin Reva mengumpat.
"Ga usah terkesima gitu deh" kata Reno meledek. Reva langsung sadar dari lamunannya dan mencibir.
"Hih, siapa juga yang terkesima, aneh aja gitu kakak penampilannya berubah banget"
"Tambah ganteng ya?"
"Dih" Reva mendelik.
"Kamu juga beda, cantik de" puji Reno lalu mengajak Reva untuk berjalan keluar dan menemui Renata dan Rangga untuk pamit.
Renata dan Rangga sedang di sofa, lagi bersantai, berduaan.
"Mama, Papa" sapa Reva kepada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Cinta
Ficção Adolescente[SELESAI] [Proses Editing] Ini bukan suatu kebetulan. Bisa dikatakan ini Takdir. Takdir menemukannya lagi. Lagi yang dulu pernah terpisah. Kata orang 'kesempatan kedua ga akan bisa sama dengan awal perkenalan'. Tapi aku ga percaya. Aku yakin ini tak...