Reva duduk di sofa ruang tamunya, tadinya Reva ingin langsung pergi ke kamarnya, tapi mamanya mengundangnya untuk duduk. Sedangkan Reno sudah lebih dulu melesat ke kamarnya.
"Kamu kelihatan capek belakangan ini" kata Renata sambil menyingkap rambut Reva ke belakang telinga.
"Masa sih ma?"
"Kamu kapan mau nikah, nak?"
Oh my god, Reva menganga tak percaya, baru kali ini Renata membahas serius hubungannya dengan Raka.
"Mama jangan bercanda deh, kak Reno aja belum dapet"
"Nunggu kakak mu mah mau sampe kapan Rev?"
"Masa aku lengkahin kak Reno"
"Kamu ga bosen pacaran terus?"
"Bosen ga bosen, Ma. Yaudah ya Ma, aku ke kamar dulu"
"Yaudah istirahat ya" ucap Renata lembut dan mengusap pucuk kepala Reva, seiring dengan Reva bangkit dari duduknya dan berjalan ke kamarnya.
Reva tidak langsung melangkahkan kaki ke kamarnya, Reva berkunjung dulu ke kamar Reno, tiba-tiba saja ada yang ingin ia bicarakan. Reva mengetuk pintu kamar Reno, "Kak Reno"
Terdengar langkah kaki dari dalam kamar Reno dan detik kemudian pintu kamarnya menampakkan wajah sang empunya, "Kenapa?"
"Berangkat kuliah jam berapa?" Tanya Reva di ambang pintu kamar Reno. Tadinya Reva ingin masuk, tapi setelah melihat kondisi kamar Reno yang ga ada rapi-rapinya, Reva mengurungkan niat.
"Nanti abis maghrib, sebentar lagi" jawab Reno sambil menyandarkan badannya ke pintu jati cokelat bermotif, pintu kamarnya.
"Kakak cepet punya pacar deh, biar aku cepet nikah" kata Reva yang membuat Reno memutar kedua bola matanya.
"Ga usah so' basa-basi deh, kalo mau nikah, yaudah nikah aja" tukas Reno.
"Ih, aku masih hormatin yang paling tua ya, udah ah, capek ngomong sama kakak mah, pokonya besok harus cari pacar!" Ucap Reva tegas dan segera melesat ke kamarnya.
"Kalo ga nyaman gimana?" Reno bertanya dengan suara sedikit berteriak.
"Cari yang bikin kakak nyaman lah" Reva menoleh saat dirinya sudah berada di depan pintu kamarnya dan menjawab sedikit kesal.
"Kalo yang bikin nyaman, tapi dia ga suka sama kakak gimana?" Reno masih setia berdiri di ambang pintu dan mengajukan segenap pertanyaan.
"SANTET!"
"Dih kaya orang Poris" Reno mendelik.
"Poris daerah mana? Aku baru tau..." Reva juga masih setia berdiri di depan pintu jati bercat putih sambil memegangi slot pintu dengan wajah mengarah ke Reno.
"Daerah Banten, mau tau artinya ga?"
"Apa?" Reva bertanya dengan wajah polosnya.
"Persatuan Organisasi Rakyat Ilmu Santet" ucapnya disusul dengan tertawa terbahak dan segera masuk menutup pintu kamarnya, di sebrang, Reva mendelik dan langsung melangkahkan kaki ke kamarnya.
---
Selesai Reva mandi, ia berwudhu dan langsung melaksanakan solat maghrib nya. Selesai solat Reva berdoa untuk berterimakasih kepada Allah yang mendengarkan doa-doanya untuk kesembuhan Raka sekaligus kelangsungan hidup kedepannya bersama Raka. Ia mengambil al-quran yang ia taruh di nakas untuk melantunkan ayat-ayatnya. Selesai membaca ayat suci al-quran, Reva bangkit, melepaskan mukena dan melipat sajadahnya.
Ia membaringkan tubuhnya di kasur dengan segumpal rasa bahagia yang menguasai batinnya, betapa bahagianya dia, saat orang yang dicintainya kembali hidup dengan semua cara-caranya yang membuatnya selalu merasakan rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Cinta
Teen Fiction[SELESAI] [Proses Editing] Ini bukan suatu kebetulan. Bisa dikatakan ini Takdir. Takdir menemukannya lagi. Lagi yang dulu pernah terpisah. Kata orang 'kesempatan kedua ga akan bisa sama dengan awal perkenalan'. Tapi aku ga percaya. Aku yakin ini tak...