Chapter 50 - Membaik

159 3 0
                                    

Tepat jam 5 subuh, Reva bangun karena alarmnya berbunyi. Ia menjalankan solat subuh dan setelahnya berdoa untuk Raka. Setiap solat Reva tidak pernah luput berdoa untuk Raka. Segala macam doa Reva panjatkan demi mengharap kepulihan Raka. Tak pernah air matanya berhenti menetes saat melantunkan doa demi doa yang ia panjatkan. Apalagi sejak kejadian tadi malam yang menimpanya, dimana Raka sama sekali melupakannya, dimana kali pertama Raka membentaknya dengan kata-kata kasarnya, dimana hatinya hancur bagai di tusuk belati tajam, tapi kekuatan cinta yang Reva punya untuk Raka, membuatnya bangkit dan mengerti semua yang terjadi kepadanya.

Sebenarnya Reva belum baik-baik saja, ia hanya berpura-pura kuat menghadapinya, ia juga ingat kata Raka semalam, GUE BENCI LIAT LO NANGIS!, itu salah satu alasan kenapa Reva berusaha tegar dan baik-baik saja sampai saat ini.

"Kak Reno utang cerita sama gue" Reva bergumam. Setelah melepas mukena yang dipakainya tadi Reva langsung menemui Reno di kamarnya, kalo setannya lagi ga kumat, jam segini Reno sudah bangun.

Reva mengetuk pintu kamar Reno, sudah merepotkannya tadi malam subuh-subuh begini Reva sudah mengganggunya, biarin deh, kapan lagi nyusahin dia, batin Reva terkekeh. Keadaan Reva kini sudah membaik sejak ia memejamkan matanya semalam. Sedikitnya, ia bisa tersenyum sekarang, semua akan baik-baik saja, pikiran positif Reva kembali normal.

"Masuk aja de, ga di kunci kok" kata Reno dari dalam kamarnya.

Reva menurunkan slot pintu kamar Reno dan melangkah masuk, terlihat Reno sedang merapikan sajadahnya bekas ia solat subuh.

"Ada apa?" Tanya Reno sembari menaruh pecinya di nakas.

"Kakak utang cerita sama aku"

"Cerita apa ya? Kakak lupa" Reno menggaruk pelipisnya yang tak gatal sambil memposisikan dirinya duduk di samping Reva. Duduk di tepi kasurnya.

"Kakak tau dari mana kalo resep memantine untuk Raka ga berpengaruh?" Reva menjelaskan pertanyaannya.

"Oh, yang itu..." Reno menjeda ucapannya sebentar, "kemarin tante Nadia bicara sama dokter tentang keadaan Raka, itu pas kamu lagi di dalam kamar, kakak samperin tante Nadia, dengerin percakapan dia sama dokter, terus kakak kaget pas denger pernyataan dokter" Reno menjelaskan.

"Kenapa tante ga bilang sama aku?"

"Semalam kamu shock berat, tante ga tega liat kamu. Kamu bener-bener ada di titik terlemah, Rev. Kakak ga bisa bicara apa-apa... Ah kok jadi ngelebar kesana-sana sih" Reno terkekeh.

"Kak aku mau ke rumah sakit lagi"

"Kakak males ah"

"Ih kenapa?" Reva memasang wajah melas.

"Kamu nangis mulu di sana"

"Janji deh ka, engga akan"

"Ga percaya"

"Kak, ayolah..." Reva mengguncang-guncangkan lengan Reno, memohon.

"Kakak kecewa kalo kamu nangis"

"Engga kakak....." Reva merajuk.

Akhirnya dengan pasrah, Reno mengalah, "Oke! Oke!"

Dengan senyum lebar memperlihatkan gigi-giginya, Reva memeluk Reno dengan sangat erat, "Makasih, kak"

"Tapi janji ga boleh nangis, nanti Raka sedih liat kamu nangis"

"Iya kak" katanya malas, mungkin karena Reva selalu mendengar celotehan Reno belakangan ini.

---

"Assalamualaikum" salam Reva ketika ia dan Reno memasuki ruang inap Raka.

"Wa'alaikumsalam" jawab Nadia dan Raka berbarengan. Raka sedang makan, di suapi oleh Nadia, Raka tersenyum lembut kepada Reva, Reva membalasnya. Reva dan Reno datang pagi sekali, sekitar jam setengah tujuh. Setelah sarapan Reva dan Reno segera pamit kepada Renata dan Rangga untuk pergi ke rumah sakit, sepertinya Rangga sudah di ceritakan oleh Renata tentang keadaan Raka, karena sebelum mereka pergi Rangga sempat berkata, "semoga Raka-mu baik-baik saja ya Rev" kemudian terkekeh pelan.

Rahasia Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang