Chapter 17 - Alasan

215 11 0
                                    

Alarm dikamarnya telah berdering, menunjukkan pukul 05.15 AM. Reva segera beranjak dari kasurnya dan segera pergi ke kamar mandi.

Setelah selesai Reva mengenakan seragam dan berdandan, rambutnya ia kuncir kuda, ia mempoleskan sedikit bedak di wajahnya, bibirnya ia beri sedikit lipgloss untuk memberi sedikit warna merah di bibirnya.

Saat Reva ingin pergi ke meja makan, ponselnya berdering dan ia berhenti untuk mengecek siapa yang menelepon, dan tercantum nama Raka di ponselnya.

"Ada apa sih pagi-pagi?" Gumam Reva bertanya pada diri sendiri.

Akhirnya tanpa pikir panjang lagi dia langsung menjawab teleponnya.

" Assalamualaikum, Rak?"

--

"Ga usah, Rak. Gue bawa motor sendiri"

--

"Eh- eh- ga--" sambungan teleponnya telah di putus oleh Raka.  Reva menaruh kembali ponselnya di saku baju.

Reva melanjutkan langkahnya ke ruang makan, disana telah ada mama, papa dan Reno. Reva menyapa semuanya dan menanyakan keberadaan Rafi.

"Ma, bang Rafi mana?" Tanya Reva kepada mama yang berada disampingnya.

Mama tersenyum dan menjawab, "Rafi sarapan di rumah calon istri"

Reva mengerucutkan bibirnya, kesal. Reno yang memperhatikannya segera bertanya, "kamu kenapa de? Cemburu sama Dinda gara-gara bang Rafi sarapan disana?" Tanya Reno kemudian tertawa.

Reva menoleh cepat ke arah Reno dan berkata dingin, "gak!"

Setelah selesai sarapan tak lama terdengar suara bel daru depan rumahnya, "siapa sih ganggu aja!" Kesal Reno yang masih mengunyah makanan di mulutnya.

"Itu temen aku kak. Ma, pa, kak aku duluan ya. Aku bareng temen aku" ucap Reva yang sedang berpamitan dan mencium punggung tangan mereka.

"Cewek atau cowok, Rev?" Tanya mama.

"Cowo mah, suatu saat aku bakal kenalin" Kemudian Reva berlari kecil menghampiri pintu rumah. Disana telah berdiri sosok Raka yang sedang menghadap belakang.

Reva berdehem, Raka segera membalikkan badannya dan tersenyum. "Gue harus izin ga?" Tanya Raka.

"Ga usah, ayo berangkat!"

Raka mengangguk dan keduanya menghampiri motor Raka yang terparkir di depan rumah Reva. Raka memberi helm yang biasa di gunakan oleh Reva, Reva mengambilnya dan langsung memakainya.

Setelah Reva naik ke motor Raka, Raka segera menancap gas dengan kecepatan sedang.

--

Reno's POV

Di ruang makan pagi ini sepi sekali, karena bang Rafi yang sarapan di rumah kak Rachel, setelah bang Rafi lulus, bang Rafi langsung melamar kak Rachel untuk menjadi istrinya, gantle banget ga tuh bang Rafi, pas nembak kak Rachel juga ga pake basa-basi, langsung to the point dan ternyata mereka saling suka.  Gue suka sama cara bang Rafi bertindak, bang Rafi selalu bilang ke gue, "kalo punya pacar jangan lupa sama Reva" dia bilang gitu ke gue, bang Rafi tipe orang yang penyayang, kalo gue boleh jujur, gue mau bilang kak Rachel beruntung, dia cinta pertama sekaligus cinta terakhir bang Rafi. Berbeda dengan gue, gue tipe cowo yang sering di bilang playboy cap kaleng sama Reva. Kurang ajar banget ga tuh? Mungkin ada yang bingung sama sikap gue yang tiba-tiba jadi perhatian sama Reva. Jujur, waktu itu gue pernah denger percakapan bang Rafi dan Reva di balkon kamar Reva, Reva bilang kalo gue cuma berada di pihak Jieyo, gue yang maksa dia untuk ngerespons Jieyo, dan perubahan gue semenjak pacaran dengan Syakira. Dan gue berfikir atas perkataan Reva itu, dan gue sadar gue cuma mentingin diri gue sendiri, egois, ga pernah ngerti sama perasaan Reva yang selalu gue suruh untuk deketin Jieyo, itu bukan karna apa, semata-mata gue mau buat Reva bangkit dari keterpurukan dia yang susah ngerelain masa lalu dia pergi, Bintang, gue benci cowo itu.

Gue sadar akan sikap Reva belakangan ini yang tertutup, gue ngerti ini salah gue, gue bersikap ga baik sampai dia berani merahasiakan perasaan dia dari gue, dia lebih terbuka sama bang Rafi dan Taufik, sahabatnya.

Meja makan masih sepi, karna Reva belum juga datang buat sarapan, biasanya juga dia duluan yang sarapan.

Tak lama kemudian langkah gontai Reva terlihat ketika memasuki ruang makan, Reva segera duduk di samping mama, sepertinya Reva sadar ketidak hadiran bang Rafi di meja makan, Reva menanyakan keberadaan bang Rafi kepada mama, ternyata Reva belum tahu, bukankah semalam Reva mengobrol dengan bang Rafi setelah bang Rafi sudah pulang dari rumah kak Rachel, kayanya bang Rafi ga bilang kalo dia ga bisa sarapan bareng, mendapat jawaban mama tentang bang rapi sarapan di rumah kak Rachel, Reva langsung cemberut dan memakan rotinya tanpa selera, gue melihatnya dan meledek, "kamu kenapa de? Cemburu sama Dinda gara-gara bang Rafi sarapan disana?" Gue sopan kan? Biasanya pake Gue - lo, karna mama, papa, apalagi bang Rafi ga suka dengan sebutan itu, ya jadi mau ga mau gue harus terbiasa menggunakan bahasa Aku - kamu, sama kaya bang Rafi ke Reva, begitupun sebaliknya.

Reva melihat gue dengan tatapan tajam, "gak!" Jawabnya begitu.

Reva melihat jam di tangannya dan langsung melahap roti secara terburu-buru, ada apa dia? Bukan jam sekolah masih 30 menit lagi, ga biasanya dia sarapan kaya gini, Reva telah selesai makan dan gue masih mengunyah makanan dengan santainya. Tak lama ketukan pintu terdengar, gue kesel dong, ganggu orang makan. Dan yang pasti itu bukan bang Rafi, karena setelah makan Bang Rafi bilang ke gue kalo dia mau langsung ke kampus. "Siapa sih ganggu aja!" Nampaknya Reva ga terima sama ucapan gue, Reva menoleh dan menjelaskan bahwa itu temannya, tak lama Reva pamit kepada mama dan papa serta gue yang pasti, dia mau berangkat sama temennya, gue penasaran siapa dia, saat mama nanya cewek atau cowok, Reva menjawab cowok, jangan-jangan cowok itu lagi? Dan gue langsung ngeliat dari jendela ruang makan dan benar saja.... cowok yang gue maksud benar, gue menggeram, "kayanya tuh anak tuli!!"

Gue ga suka sama cowok itu, gue punya pandangan aneh sama tuh cowok, entah apa? Gue juga belum ngerti sama pikiran gue sendiri, dengan sigap gue langsung pamit ke mama dan papa, gue langsung berangkat dengan jazz silver gue.

Gue melesat cukup kencang untuk mengikuti motor itu. Gue cuma takut bahwa lelaki yang di maksud Reva kepada bang Rafi adalah dia, gue lupa namanya.

--

Author's POV

Setelah Reva dan Raka sampai di sekolah, Reva segera turun, melepas helm yang dipakainya dan langsung pergi tanpa pamit ke Raka, bukan kemauannya, Raka menjemput. Tapi itu kemauan  Raka, jadi ga salah kalau dirinya ga pamit.

Raka cepat-cepat membuka helm dan mengejar Reva, setelah langkahnya sama dengan Reva, ia berkata, "buru-buru banget sih"

Reva diam. Dia tidak menoleh ataupun menjawab ucapan Raka.

--

Rahasia Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang