Chapter 11 - Aneh

280 11 0
                                    

Dinda dan Reva kini sudah di depan rumah Taufik. Hanya rumah sederhana dengan nuansa cat warna biru langit. Dinda dan Reva menekan bel yang berada di rumahnya, di bukakan pintu oleh ibunya Taufik.

"Eh? Ada Reva dan Dinda, kalian cari Taufik ya?" Kata Bu Dewi--ibu Taufik.

"Iya bu, Taufik nya ada?"

Ya mereka memang memanggil ibunya Taufik dengan sebutan yang sama dengan Taufik yaitu 'ibu'.

"Ada di dalam, kalian masuk aja ke kamarnya, paling dia lagi tidur." kata Bu Dewi kemudian tersenyum.

Reva dan Dinda memasuki rumah itu, disusul oleh ibunya yang sedang menutup pintu.

Dinda mengetuk pintu kamar Taufik, "Bu aku males keluar." ucap Taufik dari dalam kamarnya.

Kemudian tanpa membalas perkataan Taufik, Reva dan Dinda langsung membuka paksa pintu kamar Taufik.

Ceklek!

"Bu aku ud--" ucapannya terhenti saat melihat Reva dan Dinda di kamarnya.

"Apa?!" Ketus Dinda.

Taufik yang tadi tergeletak dikasurnya, tersentak, dan langsung memposisikan dirinya untuk duduk.

"Kalian?!!" Kaget nya.

"Lo kenapa sih Fik?" Tanya Reva.

Reva dan Dinda segera duduk di kasur Taufik dan menatapnya heran.

"Kalian ngapain disini?" Tanya Taufik.

"Lo kenapa gue telepon gak aktif terus?!" Reva menanya balik.

"Ponsel gue rusak. Tuh!" Taufik menunjuk handphone nya yang tergeletak di sudut kamarnya.

"Itu namanya lo rusakin Fik." Dinda menoyor kepala Taufik dengan kasar.

"Lo aneh banget sih hari ini." ucap Reva. Reva merasakan perubahan Taufik hari ini semakin aneh. Biasanya dia yang selalu ngasih semangat ke Reva, tapi sekarang dia bukanlah Taufik yang Reva kenal.

"Gue lagi males aja, ponsel gue juga udah lemot." Ucap Taufik santai.

"Gue lagi gak mau di ganggu hari ini. Gue harap kalian ngerti." lanjutnya lagi.

Reva mengangkat sebelah alisnya, lalu bangkit dari duduknya dan berkata, "Lo ngusir?"

Taufik tersenyum pilu. Dengan rasa kecewa Reva segera pergi dari hadapan Taufik dan Dinda. Dinda tau akan semuanya, semua hal yang dialami Taufik tanpa sepengetahuan Reva.

Dinda menghampiri Taufik yang sedang bersandar di kasur nya, Dinda menepuk pundak Taufik dan berbisik kepadanya, "Fik gue tau ini semua karna Raka, 'kan? Lo gak bisa nahan emosi yang selama ini lo pendam? Sebaiknya lo jujur. Sebelum terlambat!" Kemudian Dinda tersenyum kepadanya, dan pergi menyusul Reva.

Reva berjalan keluar dari rumah Taufik dengan rasa kecewa. Disusul oleh Dinda yang berlari kecil untuk menyesuaikan langkah Reva.

"Taufik aneh banget hari ini. Bukan Taufik yang gue kenal." Ujar Reva dengan nada kecewa.

Dinda hanya diam. Tak tahu harus menjawab apa.

"Din, gue mau sendiri dulu ya?"

Dinda hanya mengangguk. Dan mendiamkan langkah Reva yang semakin jauh darinya.

Reva berjalan ke arah taman yang ada di dekat rumah Taufik. "Sebenarnya Taufik kenapa sih?!"

--

Reva duduk di salah satu kursi taman yang kosong, wajahnya masih menampakkan rasa kecewa kepada Taufik.

"Taufik gak ada bedanya sama Kak Reno, sama-sama jahat." Kesalnya, sambil melempar kerikil kecil.

Terdengar jeritan seorang laki-laki yang lewat didepannya, "aw!!" Ringis salah seorang lelaki dan menengok ke arah Reva.

Keduanya tercengang saat melihat satu sama lain, lelaki tersebut segera menghampiri Reva yang tengah duduk sendirian di kursi taman, ternyata lelaki yang kena lemparan kerikil Reva adalah Raka.

Reva segera menatapnya malas dan bicara sangat ketus kepadanya, "Lo lagi! Mau lo apasih ngikutin gue terus?!"

Reva melihat wajahnya dan langsung pergi dari hadapannya, namun lagi-lagi langkahnya kalah cepat oleh cekalan Raka.

"Tunggu!" Cekal nya dengan keras. Raka menghela nafasnya dan berbicara pelan kepada Reva,  "Bahkan sampai sekarang gue ga tau alasan kebencian lo terhadap gue!"

Lagi-lagi Reva menatapnya malas, "Sikap lo yang bikin gue benci sama lo!" Reva mendorong dada bidang Raka sampai Raka melepas cekalannya. 

"Ada hal yang lo gak tau." ucap Raka lembut.

"Dan lo gak pernah kasih tau hal itu." sambung Reva.

"Kalau pun gue kenapa-napa, itu bukan urusan lo, gak penting juga buat lo." kini wajah mereka saling berhadapan, sesekali bolamata mereka bertemu, "Duduk Rev!" Reva langsung duduk di samping Raka dan diam menunduk.

"Rev, gue udah tau semua tentang Jieyo dari Taufik." Raka menjeda sebentar ucapannya, "Tapi sungguh, kekerasan ini bukan penyebab Jieyo. Ini karna ulah temannya Jieyo." Reva yang tadi menunduk kini menatap Raka dengan wajah kebingungan. "Teman Jieyo yang mana?" Tanya nya, kini masih menatap Raka.

"Gue belum tau namanya."

"Lo belum tau atau gak mau tau?!"

"Ya emang gue gak tau Rev, kenapa sikap lo begini sih sama gue?" Raka masih menatapnya Reva disampingnya.

"Lo yang buat gue berubah, Rak." ucap Reva lirih dan sangat pelan, namun suaranya masih bisa terdengar oleh telinga Raka.

"Maafin gue Rev, bukan kemauan gue untuk ngejauh dari lo." Raka masih menatapnya, namun Reva masih tertunduk tanpa meliriknya sedetikpun.

"Gue tau--"

"Udah senja.. gue harus balik." ucap Reva dengan nada yang masih datar.

Reva berdiri dan meninggalkan Raka di kursi taman tersebut, "Gue suka sama lo Rev!" Ucap Raka hampir teriak.

Reva terdiam. Tanpa melihat Raka,  Reva tertawa masam, "Bercanda lo lucu, Rak." dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Cuma dianggap lelucon...." Gumamnya lemas.

--

"Din--" panggil Taufik.

Dinda bergumam ke arah Taufik dan meliriknya.

"Raka suka sama Reva." kata Taufik pelan.

"Gak usah so' tau tentang perasaan orang deh."

Kini Dinda masih berada di rumah Taufik, saat Reva menyuruhnya untuk membiarkan ia sendiri, Dinda memang meninggalkannya dan kembali ke rumah Taufik, tanpa sepengetahuan Reva, Dinda dan Taufik sering bertukar pendapat, dan tanpa Reva disitu.

"Sejak pertama Raka duduk disamping gue, Raka tuh ngeliatin Reva terus. Din percaya sama gue!"

"Gue sih percaya, kayanya mereka sama-sama suka deh, soalnya kalo gue liat dari sikap mereka tuh aneh banget, apalagi Reva yang sekarang sering perhatiin Raka gitu deh. "

Taufik menunduk lemas, apa yang terjadi jika yang dikatakan Dinda benar, lalu usahanya selama ini akan kandas begitu saja.

"Fik! Lo ngapain sih ngebanting ponsel lo?" Tanya Dinda kesal. Dari awal  Dinda memang sudah kesal kepadanya, sungguh tindakan yang bodoh.

"Raka mau main ke rumah gue, dan gue gak suka."

Dinda tercengang dan menatap Taufik tak percaya, "Jadi lo ngerusak ponsel lo karna Raka mau main kesini? Wah lo beneran sakit jiwa ya?" Dinda memegang dahi Taufik.

Taufik memasamkan wajahnya, "Apasih Din!" Kesalnya.

"Terus nanti lo pake ponsel apa Fik?"

"Ponsel lama gue, sampe gue punya duit buat beli lagi."

Dinda menoyor kepala Taufik dengan kasar, "Najis! So' kaya."

Taufik tersenyum sembari menggaruk pelipisnya bekas toyoran Dinda.

--

Rahasia Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang