"Apa yang buat lo berpikir kalo gue juga suka sama lo?"
"Hati." Raka menjeda ucapannya. Lalu ia mengangkat dagu Reva agar mendongak ke arahnya. "Hati ini yang berpikir kalo lo juga suka sama gue"
Reva menatap Raka lekat-lekat, Reva merasakan hal yang ganjal saat melihat matanya, mata Raka. Seperti pernah melihat mata itu sebelumnya, Reva masih melihatnya dan mengingat kembali pemilik mata yang sama dengan Raka, tetapi, kemudian lamunan nya buyar saat Raka menegur nya, "Rev?" Tegurnya sembari melambaikan tangannya di depan Reva.
Reva tersadar, dia langsung mengedip-kedipkan matanya dengan cepat dan langsung membuang pandangannya dari Raka.
"Udah jatuh cinta sama gue ya?" Raka menatap heran perempuan di depannya.
Reva melengos ke arah Raka, "kata siapa?"
"Kata hati gue"
"Cuma hati lo doang"
"Tapi lo juga jatuh cinta sama gue kan?"
"Engga"
"Engga apa? Engga salah kalo lo jatuh cinta sama gue?"
"Apaan sih, Rak. Gue ga suka sama lo!"
"Jangan gitu Rev. Nanti nyesel"
"Nyesel sama orang kaya lo? Ga usah berharap gue akan nyesel sama lo"
Reva melenggang pergi meninggalkan Raka, saat ia berdebat lagi dengan Raka. Reva mendengar Raka berteriak, "LO AKAN JATUH CINTA SAMA GUE. KALO LO TAU SIAPA GUE SEBENARNYA"
Reva kaget dengan ucapan Raka. Maksudnya?, batin Reva bertanya.
--
Reva kembali menghampiri para sahabatnya yang kini sedang berada berada di atap sekolah. Reva mengetahui mereka berada disana, karna pesan singkat yang ia terima dari Taufik.
Saat ia sampai di atap sekolah, dia mendapatkan Taufik dan Dinda yang sedang duduk bersamaan dan berbicara hal serius. Niat Reva untuk menghampiri mereka, ia urungkan untuk saat ini. Ia hanya ingin mendengarkan penafsiran apa saja yang dibahas oleh Dinda dan Taufik, sampai terlihat seserius itu.
Reva mendengarkannya dari balik tembok pembatas antara tangga dan alas atap. Reva mendengarkan dengan baik tutur kata yang dilontarkan keduanya.
"Terus sekarang lo mau gimana, Fik?" Dinda menatap Taufik dengan tatapan haru.
Taufik duduk dan menopang dahinya dengan kedua tangannya dan sesekali mengacak rambutnya frustasi, "Gue takut, kalo.... dia bakal jauhin gue" Ucapnya lirih.
"Jadi, Dinda tau, seseorang yang Taufik suka" Gumam Reva sangat pelan.
"Kan. Gue udah bilang, Fik. Lo coba dulu selagi ada kesempatan. Daripada nantinya lo harus ngeliat dia bahagia sama orang lain. Kalo pun jawaban dia ga sesuai sama apa yang lo pingin, setidaknya dia bisa tau perasaan lo"
Taufik yang tadi sedang mengacak-acakan rambutnya, kini menoleh ke arah Dinda, "Farel gimana?" Taufik menghela napasnya.
"Kenapa bawa-bawa Farel?" Tanya Reva pada dirinya sendiri.
"Bukan cuma Farel, tapi Raka juga. Gue ga sanggup nantinya lo yang menderita" kata Dinda tanpa menoleh ke arah Taufik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Cinta
Teen Fiction[SELESAI] [Proses Editing] Ini bukan suatu kebetulan. Bisa dikatakan ini Takdir. Takdir menemukannya lagi. Lagi yang dulu pernah terpisah. Kata orang 'kesempatan kedua ga akan bisa sama dengan awal perkenalan'. Tapi aku ga percaya. Aku yakin ini tak...