"Rev, nih alamat rumah Raka." Taufik memberikan sepucuk kertas berisi alamat rumah.
"Makasih ya, Fik, lo emang Kuda gue terthebest.." Taufik hanya memutar bola matanya malas karena tingkah sahabatnya tersebut.
"Sialan banget lo Bing!" pekiknya malas.
"Oh iya Raka mana?" Tanya Reva ketika melihat kursi di sebelah Taufik kosong.
Taufik bergidik tak tahu. "Gue juga gak tau. Biasanya udah ada tasnya,"
Atau sakitnya makin parah?, batin Reva.
"Sebenarnya ada apa sih sama Raka?" Reva masih penasaran dengan semua kejadian yang merubah Raka. Reva kecewa. Sangat kecewa. Bahkan perkenalannya dengan Raka masih terhitung hari. Tetapi rasa nyaman saat bersama Raka telah 'tumbuh' di benaknya dengan sempurna.
"Rev! Rev!" Seru Dinda yang baru saja datang dengan nafas terengah-engah. Sedangkan Taufik dan Reva menatapnya heran.
"Lo kenapa Re?" Taufik bertanya.
Reva dan Dinda menganga ke arah Taufik, "Sebutan apalagi itu Fik?"
Taufik hanya tersenyum lebar dan berkata, "Lo Kambing dan lo Pare. Coo...cookkk!" Taufik menunjuk ke arah sahabatnya itu lalu mengacungkan jempolnya.
Lagi lagi Reva dan Dinda menganga tak percaya, "Kuda!!!" Teriak mereka secara berbarengan.
Taufik hanya tertawa terbahak-bahak, "Ciee kompakan nih ye..."
"Lo berisik Fik. Gue mau ngasih tau tentang Raka." Dinda melirik sekitar ruangan kelas, "Tapi jangan disini!" ucapnya lagi.
"Yaudah mending ke tempat biasa aja!" saran Taufik.
Atap sekolah. Mereka segera beranjak menuju atap sekolah, tempat rahasia yang jarang di ketahui. Disana lah tempat paling nyaman, biasa hanya Taufik, Reva dan Dinda yang hanya mengunjungi tempat itu. Sedangkan
coolhits? Mereka mempunyai basecamp yang jauh lebih baik dari Reva.Setibanya di sana, Reva, Dinda dan Taufik langsung duduk secara melingkar. "Lo dibohongin sama Raka, Rev." Dinda langsung berbicara ke inti.
Reva mengeryitkan dahinya, "Maksud lo apa Din?"
"Kemarin Raka bilang ke lo kalau dia kena tawuran anak STM 'kan? Dia bohong. Tadi gue gak sengaja dengar pembicaraan coolhits, ternyata Raka di keroyok sama coolhits termasuk Kakak lo Rev, Kak Reno." Dinda berhenti sejenak, kemudian melanjutkan lagi, "Tapi kayaknya Kakak lo ga ikutan mukulin Raka, sedengernya gue Kakak lo nganter lo pulang, Jieyo yang buat Raka babak belur kaya gitu."
Reva tercengang tak percaya, sedih, itulah yang iya rasakan saat ini.
Sekarang Raka yang jadi korban Jieyo?, Batinnya berkata dan hatinya menangis, perasaanya lumpuh, semua hancur dan Jieyo lah penyebabnya. "INI GAK BISA GUE BIARIN! GUE GAK BISA DIEMIN JIEYO! DIA MAKIN KELEWATAN!" Reva menggeram dengan sangat kesal. Wajahnya merah api, dadanya naik turun menandakan ia sedang emosi. Reva segera pergi dari mereka dan mencari Jieyo serta teman-temannya.Baru berapa langkah ia berjalan, lagi-lagi Taufik mencekal tangan mungilnya tersebut. "Lo harus berfikir sebelum bertindak! Lo yakin tindakan lo ini akan buat Jieyo berhenti ngejar lo? Yang gue takutin Jieyo malah semakin jadi, dan dia malah makin bertindak seenaknya. Coba lo pikirin nasib cowok-cowok yang deketin lo, termasuk Raka." Ucapan Taufik membuat Reva diam di tempatnya dan berfikir.
"Tapi gue gak bisa biarin semuanya Fik!" Kekeuh Reva pada pendiriannya.
"Lo pikirnya pake otak bukan emosi! Udah berapa kali lo bertindak kaya gitu? Jieyo berubah? Iya dia berubah, dia berubah semakin jadi, seenaknya, dan kakak lo si Reno dia ngapain? Dia bantu lo buat Jieyo jauhin lo? Ngelindungin lo? Dia cuma berpihak sama sahabatnya. Dia cuma mikirin sahabatnya, dia gak perduli sama lo. Sifat kakak lo yang selalu menjaga udah hilang. Jadi lo cuma buang waktu lo buat ngasih peringatan sama Jieyo. Dia itu kepala batu, lo harusnya jadi air, yang semakin hari bisa mengikiskan batu itu. Bukan lo juga ikutan jadi batu yang cuma buat keadaan semakin parah. Lo pikirin baik-baik, kayanya hari ini Raka gak masuk jadi lo jenguk dan pastiin keadaan dia!" ucap Taufik secara panjang lebar, kali ini Reva luluh dengan omongan Taufik, sebenarnya bukan hanya kali ini, bahkan Reno pun tidak seperti Taufik, apalagi semenjak Reno berhubungan dengan Syakira. Kini sosok kakak yang penjaga, bukanlah Reno melainkan Taufik. Taufik lah yang selalu mendinginkan hati Reva, dan itu selalu berhasil. Seolah hati Reva hanya mendengarkan semua perkataan Taufik, sedangkan Reno? Semuanya menjadi tuli.
"Iya Fik, Din. Gue bakal tahan ini semua. Tapi kalau Jieyo ngelakuin kesalahan lagi, jangan pernah larang gue!!"
----
"Fik ini seriusan Rumah Raka?" Ucap Reva saat tiba di depan Rumah Raka.
Mereka hanya berdua, jangan tanyakan dimana Dinda, paling-paling dia lagi pedekate dengan gebetannya, siapa lagi kalo bukan Farel.
"Iya disini. Yaudah ya gue mau balik, udah dicari sama temen gue." ujar Taufik.
Reva menghela napas panjang, "Yaudah Fik! Hati-hati ya."
Taufik mengangguk dan langsung menyalakan mesin motornya, dan segera melesat pergi.
Reva langsung turun dari motornya. Ia melihat lagi kertas kecil yang di beri Taufik saat di sekolah tadi. Ia memberanikan diri memasuki tempat tinggal Raka.
Tok.. Tok.. Tok..
Diketuknya pintu berwarna cokelat lekat dengan ukiran jati yang menghias. Reva terus-menerus mengetuk sampai akhirnya dentuman langkah kaki dari dalam terdengar.
Ceklek
Dibukanya pintu itu dan menampakkan wajah lelaki yang nampak masih membiru. Raka kaget saat Reva lah yang bertamu.
"Reva? Tau darimana gue tinggal disini?" Ucapnya yang sesekali memegang wajahnya.
"Dari Taufik."
"Ayo masuk!"
Reva mengangguk dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Matanya berputar melihat sekekeling foto Raka. Foto Raka sedang menendang bola saat dirinya masih berumur sekitar tujuh tahun, foto saat memegang medali karena kemenangannya berlari maraton tingkat kota sampai foto Raka saat sudah SMK. Tapi? Dari sekian banyak foto di rumahnya. Tak ada satupun foto bersama keluarganya, dimanakah foto tersebut? Ah lebih baik pendam saja pertanyaan itu.
"Luka lo makin parah Rak?" Reva mengalihkan pandangannya dari foto yang berada di dinding dan memfokuskan kepada wajah Raka yang terlihat semakin membiru.
"Eh, gak papa ini mah." ucapnya santai. Namun wajahnya terlihat menahan sakit saat berucap, terlihat dari binar matanya yang tak ada semangat.
"Jangan bohong sama gue Rak, gue udah tahu semuanya."
Raka menatap perempuan yang duduk disampingnya dengan tak mengerti, "Tentang apa?"
"Lo kaya gini karena senior 'kan? Senior itu namanya Jieyo. Dan kenapa lo bohong sama gue, kenapa lo malah bilang kena tawuran anak STM?"
-----
Batu-pun akan terkikis jika terlalu sering terkena air. -Taufik

KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Cinta
Fiksi Remaja[SELESAI] [Proses Editing] Ini bukan suatu kebetulan. Bisa dikatakan ini Takdir. Takdir menemukannya lagi. Lagi yang dulu pernah terpisah. Kata orang 'kesempatan kedua ga akan bisa sama dengan awal perkenalan'. Tapi aku ga percaya. Aku yakin ini tak...