Raka masih memikirkan perkataan yang diucapkan oleh Dinda, menjauh? Dari Reva? Mengapa? Mengapa perkataan itu sama dengan laki-laki yang sempat memukulinya, atau jangan-jangan mereka mempunyai hubungan khusus dengan Reva, termasuk lelaki itu. Ah begitu banyak pertanyaan yang muncul di benak Raka, Raka membencinya. Karena semua pertanyaan yang muncul sampai saat ini, Raka pun tak pernah mengetahui jawabannya.
Sampai akhirnya, lamunan Raka pecah saat Reva menepuk pelan punggung Raka, "Rak?" Tegurnya.
Raka tersentak kaget dan langsung tersenyum simpul, "Eh? Iya Rev?"
"Kenapa sering bengong sih?" Tanya nya.
Raka menggeleng, "Ga kok. Oh iya nanti pulang sekolah mau bareng ga? Soalnya gue mau mampir ke toko buku."
Reva sedikit berfikir dan menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, "Gimana ya? Soalnya gue bareng kakak gue!" Ucap Reva.
"Oh gitu.. yaudah deh" jawabnya dengan nada kecewa.
"Gue juga mau ke toko buku sih, gini deh, nanti gue izin ke Kak Reno dulu"
Raka hanya mengangguk-angguk.
Kemudian Reva mengambil ponselnya dari saku baju. Langsung ia cari nama Reno yang tertera di kontak ponselnya.
Ia langsung menelponnya dan tidak lama terdengar suara di sebrang telepon.
--
"Wa'alaikumsalam Kak"
--
"Kak nanti aku pulang sama temen aku ya"
--
"Iya, ga lama kok, aku cuma mau ke toko buku"
--
"Iya ka. Makasih, Wassalamualaikum"
--
Jangan heran mengapa sekarang Reva memanggil Reno dengan panggilan Aku - kamu. Itu karna suruhan bang Rafi, mama dan papa. Terkadang memang masih sering Reva dan Reno menggunakan bahasa Gue - lo jadi saat ini Reva hanya ingin memperbaiki nya, dalam sikap menghargai Reno sebagai kakaknya juga, sama halnya seperti Rafi.
Sambungan teleponnya segera Reva tutup dan kembali menaruh ponselnya ke dalam saku. Reva langsung melihat Raka dan berucap, "oke nanti kita pulang sekolah ke toko buku"
"Udah di izinin?" Tanya Raka.
"Udah kok" Jawab Reva dengan lembut.
--
Reva's POVBel pulang sekolah telah berbunyi, siswa dan siswi berhamburan keluar gerbang dan sebagian ke tempat parkir mengambil kendaraannya. Raka masih nungguin gue membereskan beberapa buku untuk gue masukan kedalam tas, Taufik dan Dinda telah keluar sejak tadi, entah kenapa hari ini gue ngerasa aneh sama mereka, hari ini gue ngerasa mereka jauhin gue. Ga tau deh sebabnya apa, gue juga ga ngerti. "Udah belum?" Suara itu berasal dari belakang gue, dan gue melihat Raka sambil menyimpulkan senyum, "udah, ayo" tanpa basa-basi gue langsung ngajak dia untuk pergi. Raka udah berdiri dan berjalan mendahului gue, gue masih mengecek sekitaran meja gue, udah beres, Ga ada yang ketinggalan lagi. Dengan sigap gue mengejar Raka yang udah keluar kelas. Gue cuma ngikutin langkah gontai nya dia menuju parkiran. Setelah sampai parkiran, Raka langsung ngasih helm ke gue, gue mengeryit, kenapa dia bawa helm dua? Atau dia udah rencana buat ngajakin gue? Ah enggak. Kenapa gue jadi kepedean gini sih.
"Lo ga mau nanya ke gue?" Pertanyaan Raka membuat gue benar-benar bingung, dan gue jawab dengan seadanya juga, "nanya apa?"
Tanpa pikir panjang Raka langsung menjawab pertanyaan gue, "contohnya gini, kok lo bawa helm dua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Cinta
Teen Fiction[SELESAI] [Proses Editing] Ini bukan suatu kebetulan. Bisa dikatakan ini Takdir. Takdir menemukannya lagi. Lagi yang dulu pernah terpisah. Kata orang 'kesempatan kedua ga akan bisa sama dengan awal perkenalan'. Tapi aku ga percaya. Aku yakin ini tak...