"Jadi selama ini kamu di Jakarta?"
Lelaki itu mengangguk.
"Kenapa kamu hilang?"
"Saya kenal Bintang, saya tau kronologis kehidupannya yang sangat buruk, saya hanya pingin dia bahagia, dan saya tau bahagianya dia, kamu"
"Kenapa kamu ga pernah bilang, aku juga pingin bergabung dengan kehidupanmu. Tapi kamu seolah menutup semuanya, Rel. Kamu seperti ga kasih ruang untuk aku tau tentang hidup kamu"
"Harusnya kamu ingat, saya pernah berjuang lindungin kamu, tapi kamu ga sadar, kamu ga peduli sama apa aja yang udah saya lakuin, bahkan untuk ngerasain sedikit aja, kamu ga pernah, apa yang kamu lakuin? Kamu marah sama saya, kamu ga suka saya lakuin itu, dan yang menyakitkan adalah kamu ga ngehargain apa aja yang saya lakuin. Dan harusnya saya sadar. Saya emang harus berhenti berjuang sendirian. Saya lelah. Saya pergi diam-diam. Saya ga ingin kamu tau. Dan sekarang saya ha--"
Dari tadi Reva hanya mendengarkan dengan menunduk dan seketika dia mendongakkan kepalanya, pipinya telah basah oleh benih-benih cairan yang tumpah dari matanya, "kamu jangan pergi, aku butuh kamu, kamu tau, aku adalah wanita paling kesepian di bumi, aku menangis setiap kali mengenang, aku butuh seseorang, Rel...." ucapnya lemah dengan air mata yang terus menetes.
"Orang itu bukan saya Rev. Jangan runtuhin benteng pertahanan yang udah saya buat, saya udah terbiasa tanpa kamu"
"Aku butuh kamu, Rel. Aku mohon kembali" Reva masih menangis, menatap manik mata milik Farel dengan tatapan memohon.
"Kamu masih pu--"
"Kamu tau itu, kamu tau Raka udah ga ada di bumi, aku tau kamu itu masih terikat saudara dengan Raka. Rel, aku udah tau semua. Izinin untuk aku bergabung dalam hidup kamu, kasih aku satu kesempatan lagi buat ngertiin perasaan kamu"
"Kamu ga bisa maksa buat semuanya kembali Rev"
"Aku butuh kamu, kamu harus tau, aku adalah wanita paling kesepian di bumi ini, aku butuh seseorang Rel" Ulang nya lagi masih dengan air mata yang mengalir serta tatapan memohon.
"Seseorang itu bukan saya, saya harus pergi!" Farel melesat pergi, langkahnya terhenti saat Reva berkata lagi.
"Apa aku ga berarti? Apa inspirasi untuk kamu buat cerita itu bukan aku? Tapi yang kamu ucapin di awal tadi adalah kejadian dimana saat itu kita berdua di belakang taman, aku lagi butuh seseorang, dan kamu datang. Aku mau kejadian itu bisa kembali Rel, kasih aku satu kesempatan lagi. Aku mohon"
"Lupain semua aja, kejadian itu ga bagus buat di kenang!" Tukas Farel kemudian melesat semakin menjauh.
Punggung kesepian itu menghilang. Punggung yang selalu menanti Reva dalam sepi, punggung yang rela terluka hanya untuk membuat Reva merasa di lindungi, membuat Reva tertawa. Tetapi yang di rasakan Reva sekarang hanyalah menyesal, betapa pilu kisahnya dengan Farel, betapa acuh nya Reva pada pemilik punggung kesepian itu. Benar kata orang, kesempatan kedua jarang dimiliki oleh seseorang, dan kini Reva merasakannya.
Perlahan perasaannya untuk Raka kini menghilang, berganti pada kisah lalu terburuknya. Reva mencintai Farel, di mulai dari ia mendengar kembali suara berat itu.
"Gue butuh lo, Rel... gue pikir perasaan ini akan terus milik Raka, ternyata gue salah, lo udah ngrebut perasaan ini dari Raka. Dan semoga, disana, Raka ikhlas, seperti lo dulu relain perasaan lo terluka hanya untuk Raka bahagia" gumamnya.
-----
"Mama serius?!!" Reno kelabakan saat Renata bilang Reva belum pulang, jelas saja, Reva pulang lebih duluan dari dia. Tapi Reva belum sampai saat ini juga. Pikiran negatif mulai menjalar pada pikiran Renata dan Reno.
"Reva ga ada pulang, 'kan tadi sama kamu"
"Ma, Reva tadi pulang duluan"
"Kenapa kamu biarin sih?" Renata kesal karena keteledoran Reno menjaga Reva.
"Duduk dulu Ma, aku ceritain" Reno mengajak Renata untuk duduk di kursi ruang tamu, Renata mengikutinya.
"Jadi gini ceritanya..." Reno menceritakan kejadian di Cafe tadi, dimana Reva langsung melesat setelah bertemu Zulfa. Reno juga menceritakan siapa Zulfa sebenarnya, dari mulai ia menceritakan bahwa Zulfa adalah mantan pacar Raka sejak mereka SMP, sampai cerita dimana Reno menemukan Zulfa di kantin Fakultas. Saat itu mata Reno bertubrukan dengan manik mata milik Zulfa. Zulfa tersenyum, dan saat itu hati Reno langsung terpikat dengan Zulfa. Reno satu tingkat lebih tinggi dari Zulfa. Dua minggu setelah itu, mereka dekat hingga perkenalan yang sudah terjalin itu berubah menjadi hubungan ke arah yang serius. Reno menembak Zulfa, dan Zulfa menerimanya. Namun keduanya belum tau hubungan masing-masing dengan sosok yang bernama 'Raka'. Hingga Reva hadir dan terbongkarlah semua.
"Jadi Zulfa itu mantan pacar Raka?"
Reno mengangguk, "iya Ma, itu sebabnya Reva pergi setelah liat Zulfa"
"Dari mana Reva tau Zulfa?"
"Dia--"
"Aku pernah liat dia ngobrol sama Raka di alun-alun, dan aku ga suka"
"Reva?!" Keduanya tersentak saat mendapati Reva masuk ke ruang tamu.
"De! Kamu harus suka sama dia, mau gimana pun, dia akan jadi kakak ipar kamu"
"Darimana kamu, Rev?" Tanya Renata santai namun tegas.
Reno hanya mendengus.
"Abis dari gedung sate, Ma"
"Ngapain kamu kesana?" Renata makin terdengar tegas.
"Ma, berhenti ngelarang aku pergi ke tempat yang bersangkutan dengan Raka, aku juga pingin bebas Ma"
"Mama hanya ga pingin--"
"Aku udah bisa relain Raka. Aku jatuh cinta sama orang lain"
Reva melesat ke kamarnya tanpa izin, namun Renata dan Reno menatap Reva tak percaya setelah kalimat terakhir yang Reva ucapkan keluar secara mulus.
----
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Cinta
Teen Fiction[SELESAI] [Proses Editing] Ini bukan suatu kebetulan. Bisa dikatakan ini Takdir. Takdir menemukannya lagi. Lagi yang dulu pernah terpisah. Kata orang 'kesempatan kedua ga akan bisa sama dengan awal perkenalan'. Tapi aku ga percaya. Aku yakin ini tak...