Chapter 41 - Proses

174 5 0
                                    

Reva kembali berjalan di koridor sekolah. Matanya menangkap sosok yang sangat familiar, Raka. Raka menatapnya datar, kakinya terus melangkah. Nampaknya Raka sudah tidak perduli.

"Raka kenapa? Dia marah sama gue? Sebabnya? Harusnya gue yang marah karna kejadian kemarin" Reva bergumam kesal.

Reva kembali melanjutkan langkahnya, bukan ke kelas melainkan ke taman belakang. Reva ingin kesana, Reva yakin Raka tadi kesana. Ia memutar balik arah dari menuju kelasnya kini berjalan menuju taman belakang.

Tepat sekali, saat Reva sampai di taman belakang, Reva langsung di sajikan oleh pemandangan Raka yang sedang duduk sendiri mengisi bangku taman. Reva berjalan menghampirinya.

"Jangan deketin gue lagi" Raka berucap tepat saat satu langkah lagi Reva berdiri di samping bangku yang Raka duduki.

"Lo kenapa berubah sih? Lo marah sama gue atas kejadian kemarin?" Reva bertanya dengan antusias. Posisinya kini berada di belakang Raka.

"Gue ga berhak marah sama lo"

"Mau lo apa sih sekarang? Kemarin lo deketin gue sekarang lo malah ngejauh gini" nada bicara Reva naik satu oktaf dari biasanya.

"Gue salah Rev. Gue udah buat 4 tahun lo sia-sia" Raka berujar lemah. Matanya masih fokus menatap danau didepannya.

"Hah? Maksudnya apa?" Reva mengeryit.

Raka bangkit, berdiri menghadap Reva, namun matanya ia alihkan ke segala arah, "kita cuma maksain kehendak buat tetap bersama. Nyatanya kita harus menjauh"

"Liat gue Rak!" Reva berseru.

Raka menatapnya sekilas dan langsung melesat pergi tanpa berkata lagi.

"LO GA BISA LARI DARI KENYATAAN RAK!" Reva berteriak saat Raka melesat. Namun Raka tetap melangkah tanpa perduli perkataannya.

Reva tertunduk. Ia segera melangkah pada bangku yang berada di depannya, memposisikan tubuhnya untuk duduk. Pikiran Reva belakangan ini terus saja berkelana tentang perubahan Raka. Bahkan nada yang diucapkan Raka saat meminta Reva untuk menjauh, berbeda dari biasanya, atau ini tanda Raka akan menjauh darinya. Bagaimana mungkin Reva bisa merelakan kisah lalunya hadir kembali dan kini pergi lagi? Meskipun ucapan yang Raka lontarkan benar kenyataannya, kehadiran Raka buat 4 tahunnya menjadi sia-sia. Tapi apa ga bisa berdamai dengan kisah lalu dan berusaha memperbaiki, mengulanginya dari awal jika perasaan itu masih tertanam antar kedua pihak? Entahlah.

"Kamu kenapa?" Terdengar suara khas yang selama ini juga bersemedi di pikirannya. Farel. Duduk disampingnya.

Reva menoleh sebentar, menatapnya intens dan kembali menunduk, "Kenapa lo selalu hadir sih? Apa ga bisa gue tenangin pikiran gue sebentar? Kehadiran lo bikin gue tambah sakit" akhirnya ucapan itu terlontar secara mulus dari bibir Reva.

Farel mematung mendengarnya. Terjadi lengang sebentar, sampai akhirnya Farel bangkit, "memang seharusnya saya ga ada dalam kehidupan kamu.. maaf" lirih nya kemudian melesat pergi tanpa memperdulikan respon yang akan Reva berikan.

Pelupuk matanya telah dipenuhi oleh airmata yang siap terjun membasahi pipinya, namun ia bersikeras menahannya, karena sekolah bukan tempat terbaik untuk meluapkan segala keluh kesahnya. Akhirnya Reva mengambil ponsel yang ia taruh di saku bajunya, menghubungi Dinda.

"Assalamualaikum Din"

"Wa'alaikumsalam Rev. Ada apa? Lo udah di sekolah kan?"

"Gue mau bicara sama lo, Din. Kita bolos pelajaran dulu ya. Gue tunggu lo di atap sekolah"

"Oke. Gue otw Rev"

Setelah mengucapkan salam Reva memutuskan panggilannya, dan bangkit dari duduknya dan segera melesat pergi ke atap sekolah, tempat dimana ia suka berkumpul bersama Taufik dan Dinda.

Rahasia Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang