4. Surat Seorang Ibu

4.2K 62 1
                                    

Ia berpaling kepada Wan Jie dan berkata pula: "Wan Jie, aku ingin bicara denganmu di rumah."

Dari parasnya yang menyeramkan, dapat diduga, bahwa urusan yang mau dibicarakan adalah urusan penting.

Begitu masuk kedalam rumah, Kun Liang lebih dulu menengok The Un yang masih rebah di ranjang dan belum sadar.

"Sahabat, aku tak dapat merawat kau lebih lama lagi," katanya dengan suara duka dan lalu mengunci pintu.

"Wan Jie," kata orang tua itu. "Sebenarnya aku ingin menunggu dua tahun lagi, sesudah kau menjadi dewasa, baru aku ingin memberitahukan urusan ini kepadamu. Tapi sekarang kutak dapat menunggu lagi."

Jantung si nona berdegup kencang. 

"Ada apa.....?" tanyanya dengan suara gemetar.

"Aku sudah kena dua batang Touw-hiat-sin-ciam sehingga, biarpun tak sampai menjadi mati, aku sekarang sudah jadi orang cacat," menerangkan sang paman. "Untuk mendapat kembali ilmu silatku, paling sedikit aku harus menggunakan waktu sepuluh tahun. Jika tidak ditolong oleh Gie-su Lie Goan, jiwaku tentu sudah melayang. Untuk menyingkirkan diri dari kedua iblis itu,  besok aku akan pindah ke lain tempat. Maka itu, hari ini adalah hari berkumpulnya kita yang paling penghabisan."

Air mata Wan Jie lantas saja mengalir di kedua pipinya.

"Kemana juga Pehpeh pergi, aku mau ikut," katanya dengan suara parau.

"Tidak...., tidak bisa. Bukan aku tidak mau mengajak, tapi karena kau sendiri mempunyai tugas yang lebih penting, yang harus diurus olehmu," jawabnya.

Jantung si-nona me-lonjak2. la menduga, bahwa apa yang akan dijelaskan oleh sang paman, adalah soal kematian kakek dan kedua orang tuanya yang sangat luar biasa.

Dan dugaan itu ternyata benar.

"Wan Jie, apa kau tahu, sebab apa kakek dan kedua orang tuamu meninggal dunia ?" tanya Kun Liang.

"Menurut katanya Ong An, karena penyakit menular," jawabnya.

Sang paman menghela napas.

"Benar..., benar.... penyakit menular," katanya. "Dan Bu Cek Thian adalah penyebar penyakit itu. Penjahat itu telah membinasakan banyak anggota keluarga kaizar, banyak menteri2 setia. Kakek dan kedua orang tuamu telah dibinasakan oleh Bu Cek Thian !"

Kata2 itu bagaikan halilintar di tengah hari bolong!

            Kata2 itu bagaikan halilintar di tengah hari bolong!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GAMBAR 01

Tiangsun Kun Liang sedang menjelaskan tentang kematian Kakek dan kedua Orang Tua Siangkoan Wan Jie yang sangat luar biasa kepada Wan Jie.

Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang