22. Meninggalkan Medan Pertempuran

2.1K 31 0
                                    

MENDENGAR dukungan kawan-kawannya, hati Lie It jadi semakin besar.

"Srrrttt........!", ia menghunus pedang seraya berkata, "Tak usah banyak bicara lagi. Hayolah !"

Tapi Hian Song tidak bergerak.

"Kau boleh lebih dulu mengirim tiga serangan dan aku tidak akan membalas," katanya.

"Apa ?" menegas Lie It.

"Aku akan mengalah dan menerima tiga seranganmu tanpa membalas," mengulangi si-nona. "Andai kata aku mati tertikam, sedikitpun aku tidak merasa menyesal. Hayolah! Kau tak usah malu-malu ."

Lie It adalah seorang sabar, tapi diejek terus-menerus, ia merasa dadanya seperti mau meledak.

"Berjagalah.....!" ia membentak sambil menikam pinggang si-nona dengan pedangnya. 

Dengan gerakan Hong-yang-loh-hoa (Tiupan-angin menjatuhkan-bunga) yang sangat indah, Hian Song berkelit dari tikaman itu seraya berkata : "Masakah seorang Beng-cu hanya bisa mengeluarkan kiam-hoat ini ?"

Dalam serangan tadi, memang Lie It belum turunkan pukulan yang membinasakan. Tapi sesudah serangannya dipunahkan secara begitu mudah dengan disertai ejekan, ia segera menyerang tanpa mengenal kasihan lagi.

Dalam serangan kedua, dengan pukulan Pek-hong- koan-jit (Bianglala menembus matahari), ia menikam tenggorokan lawan.

Tapi di luar dugaan, dengan hanya mengebas tangan bajunya, si-nona sudah dapat memunahkan serangan itu dan pedang Lie It terpental ke samping.

Pemuda itu lantas saja mengempos semangat dan dalam serangan ketiga, ia menggunakan pukulan Hui-in-cie-tian (Awan mengeluarkan kilat), serupa ilmu pedang yang sangat jarang terlihat dalam Rimba Persilatan.

Semua jago sudah bersiap untuk bersorak-sorai.

Tapi mendadak terdengar suara "cring....!" dan pedang Lie It terpental karena pentilan si-nona dengan menggunakan dua jari tangannya !

Jago-jago itu mengawasi dengan mata membelalak. Beberapa ahli yang berkepandaian tinggi merasa heran bukan main, karena pentilan yang barusan adalah ilmu Kim-kong-cie dari Siauw-lim-sie.

Mereka tidak mengerti, karena untuk memiliki ilmu tersebut paling sedikit seseorang harus berlatih belasan tahun sedang kalau dilihat mukanya, nona itu berusia tidak lebih daripada dua puluh tahun.

Selagi orang terheran-heran, sekonyong-konyong terdengar suara tertawa si-nona yang secepat kilat menghunus sebatang pedang pendek.

"Beng-cu, jagalah sepuluh seranganku," katanya dengan suara merdu.

Berbareng dengan perkataannya, tanpa menggerakkan kaki ia menikam.

Sambil memusatkan perhatian, Lie It mengawasi serangan lawan dan tiba-tiba saja ia terkesiap, karena luar biasanya serangan itu.

Pedang itu ternyata menyambar dengan ujung tergetar dan dalam satu tikaman itu ujung pedang mengarah ke tujuh jalan darahnya !

Buru-buru Lie It mengeluarkan kiam-hoatnya yg paling liehay untuk melindungi diri. Dengan pukulan Go-houw-cong-liong (Harimau-tidur-naga-menyembunyikan diri), ia memutar pedangnya bagaikan titiran untuk menutupi seluruh badannya.

Di lain saat, dengan beruntun terdengar bentrokan2 senjata yang nyaring, tapi yang gerakan-gerakannya tak bisa dilihat oleh bagian besar jago-jago yang berada di situ.

Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang