86. Wasiat Lie It (TAMAT)

3.5K 47 3
                                    

"Aku pun tidak ingin turut terlibat !" berkata Lie It. "Aku hanya tidak dapat berdiam di dalam istana." 

Wan Jie bingung. Ia tidak menyangka Lie It telah kena makan racun. Ia cuma duga pangeran itu terganggu racun pada lukanya, yang darahnya belum mau berhenti mengalir keluar meski si anak muda telah makan obat "pemunah" racun. Maka ia pikir: "Sekarang keadaan lagi kacau; teutera pemberontak dan barisan Siu Wie Kun tidak kenal dia, dia benar terancam. Keluar tidak bisa, berdiam saja pun berbahaya." 

Karena ini, lantas ia kata pada Ratu : "Piehee, dia tidak mau berdiam didalam istana, baiklah dia dititahkan keluar dari jalan rahasia."

"Baiklah," menyahut Bu Cek Thian, yang meluluskan permintaan itu. "Surulah Jie Ie yang mengurusnya dan mengantarkan dia keluar !" Kepada Lie It, ia pun berkata :"Lie It, aku berbuat begini untukmu, inilah tindakanku yang luar biasa, maka dari itu, jangan nanti kau membocorkan bahwa didalam istana ada jalanan rahasia !"

Ratu berkata tanpa berhenti bertindak. Dengan tangannya ia memegangi pundaknya Siangkoan Wan Jie.

Maka itu, habis ia berbicara, mereka sudah sampai disebuah tikungan. Disitu Wan Jie menoleh untuk penghabisan kali, airmatanya terlihat mengembeng.

Lie It pun mengawasi nona itu, sampai orang lenyap dari depan matanya. Ia merasa sangat berduka. Justeru itu- ia melihat seorang dayang berlari-lari kearahnya.

Tiba didepannya, dayang itu tertawa dan berkata : "Tianhee, apakah tianhee masih mengenali aku ?"

Dialah Jie Ie, budak kepercayaannya Hian Song, bahkan dia pernah turut nonanya pergi ke gunung Ngo Bie San, ditempat orang-orang gagah mengadu kepandaian.

Dengan datangnya Jie Ie ini, gagallah maksud terlebih jauh dari Thay Peng Kongcu. Itu pun berarti keberuntungannya Lie It. Sebenarnya puteri itu berniat menyuruh kedua pengawalnya membinasakan si pangeran seperginya Ratu. Dengan munculnya Jie Ie, tak berani puteri itu bertindak lebih jauh. Ia kenal baik,kegagahan dayang ini. Tapi ia licin. Maka ia tertawa dan berkata pada si pangeran : "Lie It, kau baik-baiklah merawat lukamu Jikalau nanti kekacauan sudah redah, lekas-lekas kau kembali ke istana, Wan Jie pasti menunggui kau !"

"Terima kasih, Kongcu," mengucap Lie It. "Tidak dapat aku datang pula ke istana ini. Jie Ie, mari kita pergi !"

Jie Ie lantas bekerja. Ia menggeser pembaringan yang besar. Dibelakang itu, ia membuka. sepotong batu lebar.

Maka terbukalah sebuah liang atau guha. Dibawah itu ialah jalanan dalam tanah, yang disediakan kalau-kalau dalam istana terbit bahaya. Jalanan itu mempunyai beberapa jalanan untuk sampai diluar.

Jie To mengambil satu diantaranya. Bahwa Bu Cek Thian memberikan ijin digunainya jalan rahasia itu, itulah tanda bahwa ia berkesan baik terhadap si pangeran.

Jie Ie memberi hormat kepada Thay Peng Kongcu, terus ia memesan : "Kongcu, apabila Kongcu bertemu dengan nona, tolong kau memberitahukannya bahwa aku pergi mengantarkan tianhee keluar dari istana."

"Baik, perglah dan dengan hati tenang" menjawab puteri.

Nampak baik sekali sikapnya puteri ini. Tetapi, begitu lekas Jio Ie dan Lie It menghilang didalam pintu rahasia, ia pun berlalu dengan cepat dengan mengajak kedua pengawalnya itu.

Lie It berdua Jie Ie jalan ditangga batu. Si nona yang membuka jalan. Untuk memperoleh cahaya terang, Lie It menghunus pedang mustikanya. Ia dapat menguatkan hati, hingga sejenak itu ia melupai rasa sakitnya, ia melawan kerjanya racun, hingga ia pun dapat menggunai matanya dengan baik. Meski begitu, baru berjalan turun tujuh tindak, ia merasakan kepalanya pusing. Yang hebat ialah ketika ia merasakan peparu dan perutnya seperti jungkir-balik. Tak dapat ditahan lagi, kakinya lemas, lalu ia jatuh tergelincir.

Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang