64. Dua Jago dari Perbatasan

1.6K 22 0
                                    

"SETELAH mendapat pendidikan dari bibiku," Siok Tow berkata pula, "kedua kera itu menjadi liehay sekali, sekalipun ahli silat pandai belum tentu dengan mudah dapat mengalahkannya, maka kau tak usahlah kuatir, sumoay."

Orang she Pwee ini mengatakan demikian karena ia melihat si nona berpikir keras.

"Syukur ada Kim Ciam Kok-ciu Hee-houw Kian," Siok Tow menambahkan sesaat kemudian, "jikalau tidak, tidak nanti kau dapat melihat jenazah suhu ..........."

"Kenapa, suheng ?" tanya Hian Song heran.

"Tubuh suhu dapat dikebalkan sampai sekarang ini sebab aku telah pakaikan ia obat yang dua puluh tahun dulu Hee-houw Kian berikan pada suhu," Siok Tow menerangkan.

"Ketika itu suhu masih belum sucikan diri dan Hee-houw Kian mengirimkan dia bahan-bahan wewangian, yang katanya dapat membuat parasnya terlindung hingga tidak menjadi tua."

"Semasa hidupnya bibi tidak pernah menggunakannya, siapa sangka ia memakainya setelah ia menutup mata. Benar-benar obat itu luar biasa khasiatnya."

Hian Song menghela napas.

"Hal obat itu pernah aku dengar suhu mengatakannya," ia berkata. "Sembari tertawa suhu menyatakan padaku, sebagai seorang suci ia tidak memerlukan obat harum itu, bahwa akulah si orang kaum muda, yang membutuhkannya. Suhu kata ia tidak menghendaki itu."

Sebenarnya ketika itu Hian Song pun kata, sebagai wanita bukan sembarangan wanita, ia tidak dapat menyenangi lain orang hanya dengan kecantikan, hingga gurunya memuji tinggi padanya.

Tentang ini ia tidak dapat menerangkan kepada Siok Touw.

"Ketika itu hati suhu sudah beku, dia tidak dapat menggunakan obat itu," Hian Song berpikir pula. "Di lain pihak, cintanya Hee-houw Kian itu membuatnya orang terharu terhadapnya."

Nona ini mengetahui juga hal hubungan erat diantara gurunya dan Hee-houw Kian, itu pun sebabnya mengapa ia ingat mengantarkan Lie It kepada orang she Hee-houw itu untuk minta tolong diobati, sekarang melihat syair gurunya, baru ia mengerti baik, kedua orang itu mempunyai hubungan yang luar biasa erat.

Lantas ia ingat pula Lie It, hatinya menjadi tidak karuan rasanya. Selama itu, sang waktu telah lewat, kedua kera belum juga kembali.

Perlahan-lahan, Pwee Siok Touw nampaknya berkuatir.

"Siapakah kedua musuh tadi?" dia tanya Nona Bu.

Hian Song memberi keterangannya, ia melukiskan romannya si pria berbaju hijau yang bersenjatakan pacul itu.

"Oh, dialah Biat Touw SinKun !" kata Siok Touw heran.

"Yang satu lagi?"

"Yang satu lagi, aku kenal. Dialah yang kaum Kang-ouw menyebutnya Tok Sian-lie murid dari Thian Ok Tojin."

Mendengar namanya Tok Sian-lie, Siok Touw kaget.

"Ah, mengapa dia pun datang kemari ?" katanya heran.

Hian Song heran melihat roman kakak seperguruan ini.

"Kepandaian Tok Sian-lie berada di sebawahan kita, kenapa agaknya suheng sangat menghargakan dia !" ia bertanya.

Siok Tow tetap menamapakkan roman kuatir, hatinya terang tidak tenteram. Ia belum lagi memberi jawabannya, lantas mereka mendengar pekik kedua kera, pekik dari kesakitan, menyusul mana kedua binatang itu muncul di mulut gua.

Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang