67. Menggantikan Karosi

1.4K 17 0
                                    

SELANG tiga jam, ia melihat tendanya mereka itu semuanya belasan buah, dan satu yang di tengah, di depannya dijaga oleh dua pengawal.

"Di tempat begini di mana jarang ada orang lain, penjagaan dilakukan demikian teliti, itu pastilah kemahnya Karosi," pikir si nona.

Maka ia maju dengan berhati-hati untuk mendekati. Ia tahu apa yang ia mesti lakukan.

Begitulah ia menjumput dua potong salju, ia menimpuk ke udara, hingga salju itu memperdengarkan suara, yang dapat didengar kedua pengawal.

Mereka itu kaget dan heran, mereka menyangka kepada burung elang.

Hanya, diwaktu malam mana mungkin burung demikian terbang berkeliaran ? Ketika mereka mendongak ke atas, potongan salju itu lumer menjadi air, mereka tidak dapat melihat, maka itu, mereka jadi semakin heran.

Ketika mereka mendongak, justeru Hian Song menyusup masuk ke dalam tenda. Bagian dalam dari tenda itu memakai alingan layar sulam.

Di bagian sebelah luar ada beberapa pelayan wanita, yang lagi rebah-rebahan atau duduk. Dengan timpukan kerikil kecil, Hian Song membikin mereka itu tertotok pulas.

Ia menyingkap tenda dan menimpuk sangat cepat hingga tak ada pelayan yang mempergokinya.

Itulah totokan, kecuali ada yang tolong, yang membuat orang tak sadarkan diri sebelum lewat tempo satu jam.

Tenda dalam ada apinya, api lilin. Ketika Hian Song mengintai, ia melihat Karosi yang sampai jam tiga malam itu masih belum tidur.

Dia duduk seorang diri dengan sewaktu-waktu menghela napas perlahan.

"Saerhai..., Saerhai..., mana kau ketahui kesengsaraan hatiku...!", dia berkata perlahan. "Biarlah kau membenci aku, supaya kau menganggapnya didunia ini tidak ada Karosi lagi...! Biarlah hatimu padam, supaya kau tidak usah menimbulkan keonaran..."

Mendengar itu girang Hian Song: "Saerhai benar, Karosi masih mencintanya...! Hanya puteri ini, sengaja menyakiti hati si anak muda. Karenanya, mendadak ia tertawa geli sendirinya, lalu ia menyingkap tenda, untuk bertindak masuk ...!"

Karosi terkejut, ia menjadi heran mendengar suara tawa ini, dan melihat seorang nona Han muncul secara tiba-tiba itu.

Ia mementang lebar matanya, ia membuka mulutnya, untuk berteriak, atau Hian Song melambaikan kantung harumnya didepan matanya seraya cepat berkata dengan perlahan...: "Seet ...! Karosi! jangan takut...! Aku disuruh Saerhai menjenguk kau ...!"

Puteri itu diam, ia menenangkan dirinya.

"Kau siapa ?" tanyanya kemudian. "Kenapa kau ketahui urusanku dengan dia...? Belum pernah aku mendengar Saerhai menyebut-nyebut kau..."

Hian Song bersenyum.

"Akulah Thian San Kiam-kek," ia menjawab. "Tadi aku telah melihat bagaimana kamu berdua membuat pertemuan. Aku pun telah berbicara sama Saerhai."

Ia lantas menuturkan tentang pembicaraannya itu. Perihal Thian San Kiam-kek, Karosi pernah mendengarnya dari Saerhai.

Sekarang ia melihat kantung harum itu, mau Ia percaya keterangannya nona bangsa Han itu.

"Silakan duduk," kemudian ia mengundang.

Ia menghela napas, lalu ia menambahkan : "Apakah Saerhai belum mati hatinya ? Aku mengira dia membenci aku sampai di sungsumnya!"

Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang