44. Berbuat Jasa

1.9K 31 0
                                    

Setelah itu maju satu calon lain, namanya Cui Tiong Goan, seorang yang dipujikan pembesar kota Sin-koan, Holam.

"Kaulah seorang ahli pedang kenamaan dari Holam," berkata Lie Beng Cie. "Apakah kau pernah menemui tandingan?"

Terkejut juga Lie It. la pernah mendengar nama Cui Tiong Goan, yaitu muridnya Pat-Ciu Sian-Wan Cia Pouw Cie. Dia terkenal di lima propinsi Utara. Tidak disangka dia datang sebagai calon juga.

Ia pun heran, kenapa Lie Beng Cie menundanya dan sebaliknya memanggil dulu kiam-kek, ahli pedang, dari Holam itu.

Tiong Goan seorang yang dapat berlaku merendah di luar, di dalam dia jumawa. 

Dia menjawab: "Di kolong langit ini banyak ahli pedang kenamaan, sayang murid belum pernah menemuinya. Pernah murid bertemu beberapa orang tua, mereka pernah memberi petunjuk tetapi belum pernah kita bertanding. Untuk yang lainnya, mereka tidak dapat dipikirkan, jikalau murid bertanding dengan mereka, menang pun tidak ada harganya untuk disebut-sebut."

Tiong Goan menyebut dirinya "murid," sebab adalah kebiasaan, umumnya di dalam ujian, calon memandang diri sebagai murid, penguji dianggap sebagai guru. Untuk ujian sipil dan militer, sama saja.

Lie Beng Cie tersenyum.

"Jadinya, kecuali beberapa tertua yang terbatas itu kau belum menemui tandinganmu!" katanya. "Kau menyebut beberapa tertua, siapakah mereka itu?"

"Liap-in-kiam Kok Sin Ong dan Pat-sian-kiam Wan Bok pernah murid menemuinya di rumah murid," Tiong Goan menyahut. "Itulah kejadian lima atau enam tahun yang lampau. Selagi bergembira, mereka menyuruh murid main-main."

"Sampai berapa jurus kau dapat melayaninya?" Beng Cie menanya pula.

"Beberapa tetua itu cuma hendak mencoba, mereka tidak mengeluarkan kepandaian mereka, dari itu murid cuma menyambut mereka sepuluh jurus lebih," sahut pula Tiong Goan.

"Dia dapat melayani lebih dari sepuluh-jurus, itu hebat," memikir Lie It. "Dia jadinya bukan bernama kosong!"

"Jikalau begitu, ilmu pedangmu tidak ada kecelaannya," kata Beng Cie tertawa. "Sekarang aku ingin menyaksikan kepandaianmu itu. Hendak aku menyuruh seorang melayanimu, setujukah kau?"

"Setuju!" sahut Tiong Goan, yang hatinya jumawa.

"Bagus!" berkata Lie Beng Cie, yang lantas menunjuk Lie It.

"Aku menunjuk dia untuk melayani kau main-main"

Lie It terkejut.

"Mana dapat murid melayani dia?" berkata ia dengan cepat. "Harap tayjin menunjuk lain orang saja............"

"Kau jangan kuatir!" berkata Beng Cie tertawa.

Terus dia menyuruh mengambil dua batang pedang kayu, sedang seorang lain diperintah mengambil semen ke dalam mana ujung kedua pedang dibelesaki, setelah mana, kedua pedang diserahkan masing-masing kepada kedua calon itu.

Beng Cie lantas berkata pada Lie It: "Tadi kau belum memperlihatkan sernua ilmu pedangmu, sekarang saatnya untuk mencoba itu. Cara ini juga tidak membahayakan jiwa, hingga kedua belah pihak tak usah menguatirkan apa juga. Habis pertandingan akan diperiksa, siapa yang paling banyak totokan semennya di tubuhnya, dari situ akan bisa dilihat siapa menang dan siapa kalah!"

Lie It bukan takuti Tiong Goan, ia hanya kuatir nanti orang melihat kepandaiannya, yang mana bisa berarti juga terbukanya rahasianya.

Untuk ia, menang atau kalah serba-salah. Tapi cu-koh sudah memerintahkan, ia tidak dapat menolak.

Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang