HIAN SONG SANGAT BERSYUKUR Lie It tidak binasa di dalam jurang, ia berduka karena mereka berpisah.
Tapi berpisah dalam hidup itu suatu penderitaan hebat. Maka selama delapan tahun itu, entah beberapa kali ia telah mengucurkan air mata.
Ia tahu Lie It tidak bakal kembali, ia juga tidak mengharap-harap lagi, tetapi, penghidupan itu gaib dan penuh misteri, ia justeru ditugaskan Bu Cek Thian mencari pemuda bangsawan itu!
Bu Cek Thian, ratu dari kerajaan Ciu, telah menjadi wanita tua usia tujuh puluh tahun, dan dia ingin sekali lekas-lekas mendapatkan orang yang bakal mewariskan takhtanya.
Dia mempunyai seorang keponakan, yaitu Bu Sin Su, dan keponakan ini sangat berharap dapat mewarisi mahkota Kerajaan Ciu, akan tetapi Sang Ratu merasa bahwa sang keponakan kurang cakap.
Beberapa menteri, seperti Tek Jin Kiat pun memberi nasihat jangan mewariskan kerajaan kepada orang lain she, bahwa walaupun tidak pintar, lebih baik pemerintahan diserahkan kepada anak sendiri.
Inilah untuk mencegah keruwetan di belakang hari. Maka diam-diam dia mengambil keputusan akan menyerahkan takhta kepada pangeran Louwleng-ong Lie Hian.
Tentang hal ini Sang Ratu tidak lantas memberitahukan kepada menterinya. Dia ingin mencari dulu orang pintar di kalangan keluarga Lie untuk nanti membantu puteranya itu.
Dengan sendirinya dia teringat kepada Lie It. Lantas dia minta Bee Hian Song pergi mencari pangeran itu.
Demikian Nona Bu berada di perbatasan Tiongkok. Delapan tahun sudah lewat.
Apakah Lie It telah melupakan permusuhannya terhadap Bu Cek Thian apabila Lie It mengetahui keputusan Bu Cek Thian ini, bahwa kerajaan bakal dikembalikan kepada keluarga Lie, maukah Lie It berangkat pulang kembali ke Tiongkok?
Hal inilah yang membuat Hian Song menjadi ragu.
Si nona juga berpikir: "Selama delapan tahun ini, pernahkah dia memikirkan aku? Bagaimana dia melewatkan waktu delapan tahun itu? Dia hidup menyendiri dengan senantiasa bersenandung ataukah dia telah mempunyai teman hidup yang cocok dengan hatinya?"
Hal inilah yang sangat ingin diketahui Nona Bu. Ia membayangkan jika ia bertemu Lie It, ia harus merasa senang atau bersedih ............
Maka itu sekarang, berada di kaki gunung Thian San, hampir tak dapat ia menguasai dirinya sendiri.
Orang-orang pelarian itu masih ramai bicara satu dengan lain, bicara tentang Thian San Kiam-kek, tentang buronnya mereka.
Di lain pihak ada beberapa nona Kazakh yang menggembirakan diri dengan lantas bernyanyi, menyanyikan lagu yang umum di padang rumput :
Adik pergi ke tegalan menggembala kambing,
Kakak di rumah menggosok golok dan tombak,
Khan telah mengeluarkan titah mengumpul tentera,
Maka perpisahan kita sudah ada didepan mata!
Rombongan kambing dapat mengurus sendiri hidupnya,
Tetapi ayah dan ibu, ada siapakah yang merawatnya?
Di utara Thian San, angin luar biasa,
Tetapi untuk hidup kita, kita lari ke sana!
Mendengar nyanyian itu, sejenak semua suara berisik terhenti. Nyanyian itu tepat mengena ke dalam hati mereka.
Dengan sendirinya ada yang mengalirkan air mata, ada yang menghela napas berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie Shen
Fiksi UmumAwal kisah dari Trilogi Dinasti Tong yang merupakan salah satu karya terbaik Liang Ie Shen. Sangat direkomendasikan untuk dibaca (must read), bahkan dari beberapa pengamat memberikan bintang 5 untuk trilogi ini (Trilogi Pendekar Rajawali karya Jin Y...