15. Puncak Gunung Kim Teng Go bi

2.8K 42 0
                                    

KIRA-KIRA sebulan kemudian, pada waktu bulan yang bundar memencarkan sinarnya yang gilang-gemilang, seorang gadis jelita kelihatan sedang mendaki puncak gunung Go-bie-san.

Gadis itu bukan lain daripada Siangkoan Wan Jie. Sesudah memikir ber-ulang2, ia akhirnya mengambil keputusan untuk mendaki Go-bie-san, karena menurut keterangan Lauw Sie, pada Cap-go malam, Lie It akan mengetuai Eng-hiong Tay-hwee (perhimpunan besar orang2 gagah) di atas puncak Kim-teng.

"Go-bie Thian-hee-siu" (Gunung Go-bie merupakan keindahan di kolong langit), demikian dikatakan orang.

Kata2 itu memang tepat sekali, karena gunung tersebut mempunyai pemandangan Alam yang sangat indah.

Dan keindahan Go-bie pada malam terang bulan, sungguh2 sukar dilukiskan.

Di bawah sinar rembulan yang putih bagaikan perak dengan diselimuti awan2 yang bercorak tak henti2-nya, puncak2 yang beraneka-ragam bentuknya seperti juga mengenakan selendang sutera tipis yang me-lambai2 menurut tiupan sang angin, dalam suatu suasana yang damai dan tenang.

Tapi si-nona tak bisa menikmati keindahan itu, karena pikirannya sangat terganggu. Semenjak berpisahan dengan Lie It, ia selaIu mengingat dan memikiri keselamatan pemuda itu.

Sembari berjalan, ia bertanya pada dirinya sendiri, "Apa benar ia datang pada malam ini ? Apa benar ia akan menerbitkan gelombang ?"

Sakit hatinya terhadap Bu Cek Thian mungkin Iebih hebat dari pada pemuda itu. Tapi ia meragukan apakah tindakan Lie It, yang pasti akan meminta banyak korban dan mengucurkan banyak darah adalah tindakan yang benar.

la tiba di-Go-bie-san kemarin pagi dan selama dua hari, ia berputar2 digunung itu untuk menyelidiki jalanan yang menuju ke puncak Kim-teng.

Dan sekarang, ia sedang naik ke puncak tersebut. Bulan naik semakin tinggi dan kadang2 kesunyian malam dipecahkan oleh aum harimau atau bunyi kera, tapi sebegitu jauh, ia belum mendengar suara tindakan manusia.

"Apa dia akan datang ? Apa Lauw Sie berdusta ?" Pertanyaan2 itu terus mengganggu pikirannya.

Dalam hati kecilnya, ia sebenarnya lebih senang jika Enghiong Tay-hwee tidak jadi diadakan.

Sesudah melewati Houw-cu-po, Kim-teng, atau Puncak Emas, sudah berada di depan mata.

Pada saat itulah disebuah tanjakan mendadak terlihat berkelebatnya dua bayangan manusia, yang jika dilihat dari gerakannya, bukan Lie It adanya.

"Akhirnya mereka datang juga," kata si-nona dalam hatinya.

Ilmu mengentengkan badan kedua orang itu tidak seberapa tinggi dan dengan mengambil jalan memutar, Wan Jie telah mendahului mereka dan tiba lebih dulu di puncak Kim-teng.

Dengan memperhatikan kedudukan bumi, ia menduga bahwa perhimpunan para orang gagah itu bakal diadakan di Thian-lie-peng, sebidang tanah datar yang terletak di atas Kim-teng.

Go-bie-san terdiri dari beberapa gunung, seperti Toa-go, Jiego, Sam-go dan Su-go. Toa-go dan Jie-go ber-hadap2an dan kedudukannya seperti juga sepasang alis (bie). Kedua gunung inilah yang menyebabkan kelompok gunung2 itu diberi nama Go-bie-san.

Di antara empat gunung itu, Toa-golah yang paling tinggi dan mempunyai tiga buah puncak, yaitu Kim-teng, Cian-hud-teng dan Ban-hud-teng, sedang di antara tiga puncak itu, Kim-tenglah yang paling tersohor, karena pemandangannya yang indah dan buminya yang agak rata.

Pada puncak itu tumbuh banyak sekali pohon bambu kate dan tanahnya ditutup dengan rumput hijau. Maka itulah, Thian-lie-peng yang datar dan rata merupakan sebuah tempat yang cocok untuk mengadakan perhimpunan.

Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang