11. Dikejar Tok Sian Lie dan Ok Heng Cia

2.6K 40 0
                                    

SETELAH melewati beberapa jalan raya, se-konyong2 ia dengar suara derap langkah kaki banyak kuda dan ribut2. Segera juga ia mendapat kenyataan, bahwa satu pasukan tentara sedang mengurung rumah penginapan di mana ia dan Lie It bermalam.

"Baik juga Lie It Koko tidak berada dalam penginapan itu," katanya di dalam hati.

Se-konyong2 di sebelah kejauhan terdengar suara terompet, disusul dengan terlihatnya obor2 dalam rerotan panjang dan kemudian, terdengar teriakan2 rakyat.

Tak bisa salah lagi, pikir si-nona, tentara yang masuk ke dalam kota dan menggeledah rumah2 rakyat, adalah tentara Khu Sin Sun.

Buru2 ia masuk kedalam sebuah lorong kecil untuk menyembunyikan diri.

Malam itu malam tidak berbintang dan seluruh kota diliputi kegelapan, kadang diselingi turunnya hujan gerimis.

Dalam suasana yang demikian, hati Wan Jie pun ditindih kedukaan dan rupa2 pertanyaan berkelebat dalam otaknya.

Manusia bagaimana Bu Cek Thian itu ? Sebelum turun gunung, ia menganggap kaizar wanita itu sebagai iblis perempuan.

Sesudah turun gunung, berdasarkan cerita2 yang didengarnya, Bu Cek Thian agaknya tidak terlalu jahat. Tapi sekarang, ia kembali menghadapi sebuah teka-teki yang sangat sulit.

Apakah Bu Cek Thian yang memerintahkan pembunuhan atas diri Lie Hian ?

Kalau bukan diperintah oleh kaizar itu sendiri, bisa jadi orang2nya Khu Sin Sun mempunyai nyali yang begitu besar?

Mendadak saja, ia berduka bukan main. Ia berduka, karena dalam hati kecilnya ia mengagumi Bu Cek Thian, tapi sekarang sesudah menyaksikan peristiwa hebat itu dengan mata kepala sendiri, ia berbalik membenci kaizar wanita itu.

Tanpa merasa ia meraba gagang pedang dan sekali lagi ia bersumpah untuk membunuh musuh besar itu.

Dari jalanan raya, tentara yang melakukan penggeledahan mulai masuk ke-jalanan2 kecil. Wan Jie ingin melarikan diri, tapi ia masih ragu sebab tidak mengenal jalanan.

Jika keluar dari lorong itu, ia kuatir bertemu dengan tentara negeri.

Selagi masih saja ragu, tiba2 berkelebat satu bayangan manusia yang berkata dengan suara per-lahan2 : "Ikut aku.....!"

Dengan bantuan sinar obor yang masuk dari jalanan raya, ia melihat bahwa orang itu seorang lelaki yang bertubuh kekar, mengenakan pakaian jalan malam yang berwarna hitam dan ia segera mengenali, bahwa dia bukan lain daripada si-petani yang ia bertemu pada siang tadi.

la girang tercampur kaget. Ternyata si-orang bertopeng yang telah menolong jiwanya, adalah petani yang gagah itu.

Si-baju hitam sangat paham akan jalanan-jalanan dan lorang-lorong dalam kota Pa-ciu. Dengan mengambil jalanan-jalanan kecil, mereka berhasil meloloskan diri dari razia dan akhirnya tiba di pintu kota sebelah utara.

Ketika itu, tentara negeri yang masuk dari pintu kota sebelah selatan belum sampai dipintu kota itu, yang hanya dijaga oleh beberapa serdadu.

Dengan menggunakan ilmu mengentengkan badan, mereka keluar dari tembok kota.

Sesudah keluar kota, Wan Jie sangat ingin menanyakan she dan nama orang itu, tapi ia tidak mendapat kesempatan karena si-baju hitam terus lari se-cepat2nya, sehingga mau tak mau, ia terpaksa mengikuti dari belakang.

Selang dua jam lebih, mereka sudah melalui kurang lebih tiga puluh li, tapi orang itu masih tetap belum menghentikan tindakannya.

"Hei ! Berhentilah dulu, kita mengaso." seru si-nona dengan napas ter-sengal2.

Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang