BARU saja Tong Hong Pek menyerah, dua orang Tosu yang pada punggungnya melintang pedang, berjalan masuk ke dalam gelanggang.
"Aku dengar, U-tie Sianseng memiliki ilmu pedang yang sangat tinggi, sehingga sebagai muridnya, Lie Kongcu tentu juga mahir dalam ilmu itu," kata satu di antaranya dengan suara nyaring.
"Sekarang pinto ingin meminta pelajaran dari Lie Kongcu."
Mereka berdua adalah saudara seperguruan yang lebih tua Ui-ho, adalah kepala kuil Pek-ma-koan, sedang yang lebih muda bergelar Ceng-siong.
Mereka adalah orang2 yang mempunyai sifat aneh dan kalau bertemu dengan ahli silat yang paham ilmu pedang mereka belum merasa puas, kalau belum menjajal kepandaian.
Turunnya mereka kedalam gelanggang bukan untuk merebut kedudukan Beng-cu, tapi hanya untuk men-coba2 kepandaian Lie It.
Lie It buru2 merangkap kedua tangannya dan berkata dengan suara merendah: "Boanpwee tidak berani, melayani Lo-ciaa-pwee."
"Kongcu, jangan kau terlalu merendahkan diri," kata Ui-ho Tojin. "Dalam persilatan, tak ada yang tua atau muda. Siapa yang pandai, dialah yang pantas berkedudukan tinggi. Di samping itu, untuk memajukan ilmu silat, orang harus tidak merasa bosan untuk men-jajal2 dan memperbaiki apa yang kurang sempurna. Apakah hal ini belum pernah diajar oleh gurumu?"
"Sudah, suhu memang pernah mengatakan begitu," jawabnya.
"Nah.....!, Kalau begitu, mengapa kau sangsi ?" kata pula Ui-ho sambil tertawa. "Apa kau takut malu ?"
"Tidak." Jawabnya. "Kalau boanpwee roboh dalam tangan Koan-cu, jatuhnya boanpwee merupakan kekalahan yang gilang gemilang.........!"
Ui-ho tertawa ter-bahak2, hatinya merasa girang sekali.
"Kongcu, kau pandai sekali memuji orang,." katanya. "Aku sekarang mau bicara terang2an kepadamu. Kami berdua telah mempelajari semacam ilmu pedang, yang memerlukan dua orang, satu menyerang dan satu bertahan, dan yang terdiri dari enam puluh empat jurus. Kami sebenarnya ingin cari gurumu untuk mencoba ilmu pedang itu, tapi karena perjalanan yang sangat jauh, belum juga kami bisa mewujudkan keinginan itu. Kami merasa beruntung, bahwa di tempat ini kami bisa bertemu dengan Kongcu. Ayohlah !"
Lie It lantas saja menghunus senjatanya dan sehelai sinar berkilauan ber-kelebat2,
"Sungguh bagus pedang itu.... !" memuji Ceng-siong. "Bahwa gurumu telah menyerahkan pedang mustika itu, merupakan bukti yang Kongcu sudah memiliki inti sari dari pada ilmu pedangnya."
"Boanpwee belum dapat memiliki sepersepuluh dari kepandaian Suhu," kata Lie It sembari membungkuk. "Harap Jiewie Cianpwee sudi berlaku murah hati dalam menurunkan tangan."
Sehabis berkata begitu, ia lantas saja memasang kuda2. Selagi mereka bicara, adalah Kok Sin Ong yang merasa mendongkol dan bingung, karena kuatir rencananya gagal sebab gara2 kedua tojin itu yang turun ke gelanggang hanya karena gatal tangan.
Tapi tentu saja ia tidak dapat mencegah pertandingan2 itu ............ . Ui-ho Tojin tidak berlaku sungkan lagi.
"Sambutlah ....... !" katanya sambil menikam jalanan darah, Kian-keng-hiat dengan pedangnya.
Lie It tidak lantas bergerak, ia mengawasi sambaran pedang dengan matanya yang sangat tajam.
Waktu ujung pedang hanya terpisah kira2 lima dim dari tubuhnya, mendadak, secepat arus kilat dengan gerakan Kim-peng-tian-cie (Garuda-emas-mementang-sayap), ia membabat pergelangan tangan Ui-ho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie Shen
General FictionAwal kisah dari Trilogi Dinasti Tong yang merupakan salah satu karya terbaik Liang Ie Shen. Sangat direkomendasikan untuk dibaca (must read), bahkan dari beberapa pengamat memberikan bintang 5 untuk trilogi ini (Trilogi Pendekar Rajawali karya Jin Y...