SELAGI ia ragu2, di bawah saung mendadak terdengar seruan orang : "Utusan Khu Tay-ciang-kun mohon bertemu dengan Thian-hee !"
Seruan itu disusul dengan munculnya dua perwira yang terus naik ke atas saung.
Jantung si-nona memukul keras, karena ia ingat pesan Lie It supaya mencegah pertemuan antara Lie Hian dan Khu Sin Sun.
Kedatangan utusan Khu Sin Sun justeru terjadi tepat pada tengah malam. Pada saat yang sangat singkat itu, dalam otak Wan Jie berkelebat beberapa ingatan. Ingatan yang pertama ialah, sesuai dengan pesanan Lie It, ia harus mencegah Lie Hian menemui orang itu.
Tapi segera juga ia membantah pikirannya sendiri. Mengapa ia mesti bertindak begitu ?
Apakah bisa jadi Khu Sin Sun mengirim orang untuk melakukan pembunuhan ?
Khu Sin Sun adalah seorang jenderal besar dan selain diperintah oleh Bu Cek Thian sendiri, tak mungkin ia mencelakakan bekas Thay-cu itu.
Sesudah mendengar keterangan si Thay-kam tua, jangankan Lie Hian, sedangkan ia sendiri sekalipun tidak percaya bahwa Bu Cek Thian akan membunuh puteranya sendiri.
Sementara itu, ia pun ingat, bahwa kedatangan Lie It di Pa-ciu adalah untuk berserikat dengan Lie Hian guna menggerakkan tentara.
Dengan adanya perubahan yang mendadak, dimana bekas Thay-cu itu sekarang berdiri di pihak ibunya dan mungkin akan segera menyerahkan surat pengaduannya kepada utusan Khu Sin Sun, maka dalam surat itu ia pasti akan menyebutkan juga rencana Lie It.
Dengan demikian, dengan terbukanya rahasia pemberontakan itu, banyak sekali menteri setia dari kerajaan Tong bakal binasa.
Tapi hampir bersaamaan, lain pikiran masuk ke dalam otaknya. Jika Cie Keng memberontak, rakyat jelata yang sukar dihitung berapa jumlahnya, akan menjadi korban peperangan.
Kecelakaan yang menimpa rakyat adalah ribuan kali lipat lebih hebat dari pada kecelakaan yang menimpa menteri2 setia.
Ia pun ingat, bahwa biarpun Bu Cek Thian bukan seorang kaizar yang mulia, tapi di mata rakyat, dia setidaknya bukan kaizar yang jahat.
Dalam bingungnya, Wan Jie tak tahu harus berbuat apa.
Mendadak, ia merasakan berkesiurnya angin di belakangnya. Dengan kaget ia menengok dan melihat satu bayangan hitam baru saja hinggap di atas tembok.
Orang itu segera menuding ruangan dimana Lie Hian berada dan kemudian menunjuk dadanya sendiri. la tentu bermaksud untuk memberitahukan, supaya si nona memperhatikan apa yang terjadi dalam ruangan itu dan memberi isyarat, bahwa ia adalah seorang kawan.
Siapa orang itu ?
Tapi Wan Jie tak sempat berpikir panjang2, sebab suara kaki kedua perwira itu sudah kedengaran masuk ke dalam ruangan di mana Lie Hian berada.
Sesudah melihat jelas, si-nona lantas saja mengenali, bahwa salah seorang adalah perwira yang telah melepaskan anak panah kepadanya di tengah jalan.
Lie Hian segera bangun berdiri untuk menyambut tamunya.
Tiba2, perwira yang menjadi kepala membentak : "Lie Hian, apa kau tahu dosamu?"
"Thia Ciangkun, aku berdosa apa ?" tanya bekas Thay-cu itu.
"Anak melawan ibu, menteri melawan kaizar," jawabnya. "Thian-houw telah memerintahkan untuk segera menjalankan hukuman mati terhadapmu !"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie Shen
General FictionAwal kisah dari Trilogi Dinasti Tong yang merupakan salah satu karya terbaik Liang Ie Shen. Sangat direkomendasikan untuk dibaca (must read), bahkan dari beberapa pengamat memberikan bintang 5 untuk trilogi ini (Trilogi Pendekar Rajawali karya Jin Y...