IA BERDIAM sejenak dan kemudian berkata pula, "Goan Thong, kemari kau."
Ma Goan Thong segera mendekati.
"Semalam bekas Thay-cu Lie Hian dibunuh orang !" katanya.
Tubuh gadis itu kelihatan bergemetar.
"Apa benar ?" menegasnya. "Coba ceritakan se-terang2-nya........."
Tanpa menghiraukan Wan Jie, nona itu lalu jalan berendeng dengan Ma Goan Thong, sehingga dengan hati tak enak, nona Siangkoan terpaksa mengikuti dari belakang.
Dengan penuh perhatian si-jelita mendengari keterangan Ma Goan Thong yang menceritakan segala kejadian se-terang2nya, mulai dari waktu ia bertemu dengan Wan Jie dan Lie It di tengah jalan sampai dikejar Tok-sian-lie dan Ok-heng-cia.
Tanpa merasa, mereka sudah berjalan keluar dari hutan pohon tho.
Siangkoan Wan Jie jadi semakin bingung. la tak tahu, siapa adanya gadis itu dan mengapa paras mukanya berubah ketika ia menyebutkan soal membunuh Bu Cek Thian.
Tiba2 ia kaget karena ingat sesuatu.
"Ah......! Tiangsun Pehpeh telah berpesan, bahwa dalam dunia Kang-ouw yang banyak bahayanya, orang harus ber-hati2 dengan perkataannya," pikirnya. "Tapi barusan, sebelum tahu dia siapa, aku sudah menganjurkan supaya dia membunuh Bu Cek Thian. Ah......! Aku terlalu semberono."
Tapi dilain saat, hatinya terhibur, karena mengingat bahwa sesudah menolong jiwanya, nona itu pasti bukan orang jahat dan tidak mempunyai maksud yang kurang baik.
Di luar hutan tho itu berdiri sebuah gedung indah yang dikelilingi dengan tembok merah dan di dalam pekarangannya yang luas, ditanami banyak pohon bunga.
Sampai di situ, barulah nona itu menengok dan berkata sambil tertawa : "Sesudah kau turut datang, ayolah masuk."
Dengan perlahan nona itu mendorong pintu dan begitu pintu terbuka, ia di sambut oleh seorang budak perempuan kecil yang bertanya sambil tertawa : "Apakah Siocia tidak bawa pulang kembang ?"
"Jangan sebut2 lagi," jawabnya seraya tersenyum. "Aku diganggu oleh manusia yang bernama Tok-sian-lie dan Ok-heng-cia. Kembang2 pada rontok. Apa Jie Ie belum pulang ?"
"Mungkin tak lama lagi," jawabnya.
Alis si-nona berkerut. "Benar tolol....!" katanya. "Semalaman suntuk belum cukup untuk ia mengurus pekerjaan yang begitu kecil."
Sehabis mengomel, dia mengajak kedua tamunya masuk ke ruangan tamu dengan kursi-meja yang terbuat dari kayu garu yang sangat mahal harganya.
Di satu sudut ruangan itu terdapat beberapa pot bunga anggrek, sedang di tembok tergantung sebuah lukisan indah yang memperlihatkan seorang dewi cantik dengan pakaian dan ikatan pinggang ber-kibar2 karena ditiup angin.
Dalam kesederhanaannya, ruangan itu yang diperlengkapi dengan perabotan dan hiasan mahal, kelihatannya sungguh indah sekali.
"Pemilik rumah ini bukan sembarang orang," memuji Wan Jie dalam hatinya.
Sesudah masing2 mengambil tempat duduk, gadis itu berkata kepada Ma Goan Thong : "Kau membawa Siauw-moay-cu datang kemari, tapi apa kau tahu siapa adanya dia ?"
Ma Goan Thong dan Siangkoan Wan Jie saling mengawasi, tanpa menjawab.
Nona itu bersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie Shen
General FictionAwal kisah dari Trilogi Dinasti Tong yang merupakan salah satu karya terbaik Liang Ie Shen. Sangat direkomendasikan untuk dibaca (must read), bahkan dari beberapa pengamat memberikan bintang 5 untuk trilogi ini (Trilogi Pendekar Rajawali karya Jin Y...