"TERIMA KASIH," katanya seraya masuk ke kamar itu sambil menenteng buntalannya.
Sesudah mengunci pintu, lapat2 ia dengar si-nona bicara dengan budaknya, disusul dengan suara tertawa.
Sambil membuka buntalan, Wan Jie memikirkan sikap nona itu yang sangat aneh, sebentar dingin, sebentar sangat ramah-tamah.
Ia mengambil seperangkat pakaian warna ungu dan selagi menukar pakaian, tiba2 ia dengar suara orang berkata : "Kami tak tahu sudah berbuat dosa apa terhadap Lie-hiap. Harap Lie-hiap sudi memberitahukan, supaya kami bisa menghaturkan maaf."
la kaget sebab suara orang itu kedengarannya tidak asing lagi.
Diam2 ia mengintip dari celah pintu dan begitu melihat, ia terkejut karena enam orang itu yang sedang berlutut dalam dua baris, adalah tiga rombongan penjahat yang pernah bertemu dengannya di tengah jalan.
"Kau orang tidak berdosa terhadapku," kata si-nona dengan suara dingin. "Tapi aku mau tanya, bendera apa yang dikibarkan olehmu ?"
Salah seorang tertawa jengah.
"Ah........! Itu hanyalah.......kata2 yang biasa digunakan dalam kalangan Liok-lim (Rimba-hijau, kalangan penjahat)," jawabnya.
Wan Jie mengenali bahwa orang itu adalah Lauw Sie yang pernah mencambuk mukanya di tengah jalan.
"Kata2 apa.....!!?" bentak si-nona. "Ayo bicara..... !"
Paras muka Lauw Sie lantas saja berubah pucat.
"Mewakili ..... Langit ...... menjalankan........ menjalankan ....... perbuatan mulia..." jawabnya.
Si-nona tertawa nyaring.
Sesaat kemudian, ia berkata pula dengan suara tajam, "Menindas yang jahat, mengangkat yang lemah, menolong sesama manusia yang perlu ditolong perbuatan2 itulah yang termasuk sebagai perbuatan mulia. Tapi kamu ....... ? Kamu mencelakakan orang baik2, merampok rakyat, menjadi kaki tangan para kaum hartawan jahat dan melakukan lain2 perbuatan terkutuk. Apa itu yang dinamakan mewakili Langit ?"
Keenam penjahat itu saling mengawasi dengan badan bergemetaran.
Beberapa saat kemudian, si-nona itu berpaling kepada budaknya seraya berkata : "Jie le, musnahkan ilmu silat mereka, supaya mereka tidak bisa mencelakakan orang lagi."
Di antara kawan2-nya, Lauw Sie lah yang bernyali paling besar.
Mendengar perkataan nona itu, ia lantas saja berteriak, "Lie-hiap, aku ingin bicara dulu."
"Jie le, tunggu dulu," kata si-nona. "Aku mau dengar apa yang dikatakan olehnya."
"Teguran Lie-hiap memang tepat sekali," kata penjahat itu. "Tapi kami pun mempunyai kesengsaraan yang tak diketahui orang."
"Apa itu ?" tanya si-nona.
"Untuk bicara terus-terang, kami adalah orang2 yang setia kepada Cian-tiauw. Biarpun badan kami berada dalam kalangan Liok-lim, hati kami tetapi setia kepada kerajaan yang dulu. Untuk membangun kembali kerajaan Tong, kami terpaksa menjadi perampok guna mengumpulkan senjata dan ransum. Kaum hartawan atau pembesar negeri yang mempunyai hubungan dengan kami, juga ingin mengunjuk kesetiaannya kepada Cian-tiauw." (Cian-tiauw berarti Kerajaan yang dulu, yaitu kerajaan Tong yang berada dalam tangan orang she Lie. Waktu itu, banyak orang menganggap Tiongkok sudah dirampas oleh keluarga Bu - Bu Cek Thian).
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie Shen
General FictionAwal kisah dari Trilogi Dinasti Tong yang merupakan salah satu karya terbaik Liang Ie Shen. Sangat direkomendasikan untuk dibaca (must read), bahkan dari beberapa pengamat memberikan bintang 5 untuk trilogi ini (Trilogi Pendekar Rajawali karya Jin Y...