53. Pencegatan & Pertolongan

1.5K 31 0
                                    

LAMA sang pagi diharap-harap, akhirnya lewat juga sang waktu.

Sang fajar tiba, sang pagi muncul. Di timur, cahaya matahari nampak.

Lalu jagat menjadi terang.

Mereka sekarang berada di pinggir sebuah rimba.  Baru Lie It menghela napas lega, mendadak terdengar sorak berisik dari dalam rimba itu segera muncul tiga orang, satu di antaranya seorang pendeta.

Ia terkejut.

Ia tahu apa artinya itu.

Untuk menjaga keselamatan Tiangsun Pek, ia tidak menanti orang datang dekat, ia melompat turun dari atas kereta, untuk lari menghampiri mereka itu.

Segera ia tiba di depan dua orang, yang tubuhnya besar.    

GAMBAR

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GAMBAR

Baru Lie It menghela napas lega, atau mendadak terdengar sorak berisik dari dalam rimba itu segera muncul tiga orang, satu di antaranya seorang pendeta.

Kaget mereka itu melihat cara melompatnya anak muda ini. Itulah tanda dari ilmu ringan tubuh, atau ilmu silat, yang liehay.

"Kau ada hubungan apa dengan Tiangsun Kun Liang?" tanya yang satu.

Dia bertubuh besar dan bentuk kepalanya seperti kepala "macan tutul."

"Kau anaknya ataukah muridnya ?"

Lie It mengangkat kedua tangannya untuk dirangkapnya, sembari memberi hormat.

"Tuan, apakah kau Thia Siauw-pangcu dari Hok Houw Pang?" dia bertanya, hormat. "Aku tengah mengantarkan layon mertuaku pulang ke kampung halamannya. Entah ada urusan apakah yang membuat kami bersalah terhadap partai kamu yang agung?"

Lie It tidak kenal ini hupangcu, atau ketua muda dari Hok Houw Pang. Ia cuma menduga dengan melihat senjata orang itu adalah tiam-hiat-koat, senjata yang berfungsi untuk menotok jalan darah, senjata itu berbeda dengan yang umum digunakan kaum Rimba Persilatan.

Tiam-hiat-koat yang umum panjangnya hanya dua kaki tetapi kepunyaan Hok Houw Pang sampai tiga kaki dan kedua belahnya pun tajam.

Ketua Hok Houw Pang, Thia Tat So, sudah berumur enam puluh tahun lebih sedang begal ini belum lanjut usianya, maka ia lantas menduga bahwa ia adalah anaknya Tat So.

Orang itu terkejut. Ia memang Thia Kian Lam, pangcu muda dari Hok Houw Pang.

Ia menduga, Lie It bukanlah seorang muda masih hijau. Maka ia lekas-lekas membalas hormat.

"Jadi tuan adalah anak mantu Tiangsun Kun Liang," katanya. "Aku merasa beruntung sekali dengan pertemuan kita ini!"

"Mertuaku itu," kata Lie It. "Separuh hidupnya menjadi pembesar negeri, separuhnya lagi dipakai tinggal menyendiri dipegunungan, dia tidak mempunyai hubungan dengan kaum Kang-ouw, maka aku percaya dia tidak mempunyai urusan dengan partai tuan, karena itu mengapa siauwpangcu mencegat kereta kami ini?"

Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang