24. Cara Menyelesaikan Masalah

2K 30 0
                                    

SESUDAH berjalan kira-kira dua puluh hari, pada suatu senja ia tiba di kota Cu-tong.

Kota itu adalah sebuah kota pegunungan dan menurut kebiasaan, begitu cuaca gelap di jalanan jarang terdapat manusia lagi.

Tapi malam itu lain dari pada malam yang lain.

Seluruh kota terang benderang dan semua jalanan ramai dengan manusia yang berlalu-lalang.

Dengan heran si nona bertanya pada seorang tua dan jawaban si kakek sangat menyenangkan hatinya.

Mengapa?

Karena ia diberitahukan, bahwa keramaian itu disebabkan oleh kunjungan Bu Cek Thian ke kota Cu-tong!

"Pada bulan yang lalu, bekas Thaycu Lie Hian telah dibunuh orang jahat di Pa-ciu dan Co-kim-gouw Tay-ciang-kun Khu Sin Sun telah meletakkan jabatannya," menerangkan si-kakek. "Sampai sekarang, pelakunya masih belum dapat dibekuk. Sepanjang keterangan, kedatangan Thian-houw ke Sucoan pertama adalah untuk menyelidiki pembunuhan itu dan kedua adalah untuk meninjau keadaan rakyat. Belum cukup satu jam beliau tiba di sini, sudah ada banyak orang yang minta bertemu untuk mengajukan pengaduan atau untuk melihat mukanya Thian-houw."

Mengingat apa yang dilihatnya di Pa-ciu, Wan Jie berkata dalam hatinya : "Hm...........! Dia membinasakan puteranya sendiri dan sekarang berlagak mau menangkap pembunuhnya untuk menutupi mata orang."

Sesudah orang tua itu memberi keterangan, ia segera bertanya : "Di manakah adanya Thian-houw ? Akupun ingin bertemu dengan beliau."

"Thian-houw berdiam dalam sebuah sekolah di dekat kantor Tiekoan," jawabnya. "Aku si-tua pernah hidup di bawah pemerintahan beberapa orang kaizar, tapi belum pernah lohu bertemu dengan seorang kaizar yang begitu dekat di hati rakyat jelata. Maka itu, tidaklah heran kalau banyak orang mencacinya tapi lebih banyak lagi yang tunduk kepadanya."

Sesudah menghaturkan terima kasih dan berpamitan kepada orang tua itu, Wan Jie segera mencari sebuah rumah penginapan untuk beristirahat.

******

Kira-kira tengah malam, ia menukar pakaian malam dan dengan membekal pisau belati, ia pergi ke gedung sekolah untuk coba membunuh Bu Cek Thian.

Begitu tiba di depan gedung, si nona heran bukan main, karena pintu hanya dijaga oleh seorang opas yang tidak bersenjata.

"Nyali Bu Cek Thian sungguh besar," pikirnya. "Apa dia tidak takut dibunuh orang ? Ha........! Inilah kesempatan yang diberikan Tuhan."

Tapi entah mengapa waktu ia meraba pisau, jari-jari tangannya bergemetaran dan hatinya merasa sangat tidak enak.

Sebagaimana diketahui, Siangkoan Wan Jie memiliki ilmu mengentengkan badan yang cukup tinggi, sehingga dalam tempo tidak terlalu lama, ia sudah menyelidiki belasan kamar dalam gedung itu, yang dijaga oleh beberapa belas Sie-wie yang sama-sekali tak menduga, bahwa gedung tersebut sedang disatroni oleh seorang calon pembunuh.

Sesudah selesai dengan penyelidikannya, ia lalu pergi ke sebuah kamar yang terletak di tengah-tengah, di mana terlihat sinar lampu dan bayangan beberapa orang.

Dengan menggaetkan kedua kakinya di payon badannya menggelantung ke bawah dan matanya mengintip ke dalam kamar dari sebuah jendela.

Benar saja Bu Cek Thian berada dalam kamar itu. Ia duduk di depan sebuah meja yang penuh surat dan kertas dengan diapit thaykam tua, yang lain seorang dayang.

Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang