38. Adu Kesaktian Jago Obat dan Jago Racun

2K 33 0
                                    

MENDADAK saja kesunyian dipecahkan oleh bentakan orang : "Siapa kau ? Hei ! Mau apa kau !?"

Dengan serentak Lie It dan Tiangsun Pek melongok keluar jendela.

Seorang Tosu sedang mendatangi ke arah kamar mereka dan di belakang imam itu mengejar dua kacungnya Heehouw Kian yang berteriak-teriak dengan penuh kegusaran. Tosu itu, yang berusia kira-kira lima puluh tahun, mengenakan jubah pertapa warna hijau dan dengan jenggotnya yang bercabang tiga, ia kelihatannya bukan sembarang orang.

Sementara itu, tanpa memperdulikan bentakan orang Tosu itu maju terus sambil mengebas pohon bunga dan pohon obat yang menghadang di depannya.

"Thianhee, lihat !" tiba-tiba Tiangsun Pek berteriak sambil menuding Tosu itu.

Lie It juga sudah melihat, bahwa setiap pohon yang tersentuh tangan si-imam lantas saja menjadi layu !

Hatinya mencelos, karena ilmu itu bukan main hebatnya. Tanpa meladeni teriakan orang, dia maju terus.

"Hai ! Kalau kau tidak berhenti, kami akan tidak sungkan-sungkan lagi !" teriak pula salah seorang kacung.

Tapi si-imam tetap tidak menggubris.

Seorang kacung segera mematahkan secabang pohon dan dengan sekali mengayun tangan, tujuh potong cabang menyambar ke arah jalan darah imam itu.

"Bagus !" memuji Lie It.

Tapi di lain detik, Lie It terkesiap sebab begitu menyentuh pakaian si Tosu, potongan-potongan cabang itu jatuh meluruk ke tanah.

"Itulah Ciam-ie Sip-pat-tiat!" ia terkejut.

Ilmu Ciam-ie Sip-pat-tiat (Merubuhkan musuh yang menyentuh pakaian) adalah salah satu macam ilmu silat yang paling tinggi. Untuk memiliki ilmu itu seseorang harus mempunyai Lweekang yang sangat kuat, sehingga setiap bagian tubuhnya dapat memukul musuh dengan menggunakan ilmu "meminjam tenaga, memukul tenaga".

Itulah sebabnya mengapa, seorang musuh bisa lantas rubuh ketika ia menyentuh pakaian orang yang memiliki ilmu tersebut dan tujuh potong cabang pohon itu telah dipukul jatuh dengan Ciam-ie Sip-pat-tiat.

Melihat kawannya gagal, kacung yang satunya lagi lantas saja menjumput sebuah batu besar, yang beratnya kira-kira seratus kati, dan sesudah mengerahkan tenaganya, ia menimpuk.

Imam itu tertawa besar, "Hahahaha! Bagus! Aku tak perlu menghantam pintu!" 

Seraya berkata begitu, ia menyambut batu itu dengan dua jarinya dan kemudian mendorongnya ke arah pintu.

Dengan satu suara gedubrakan, pintu kamar itu hancur.

Sambil menarik tangan Tiangsun Pek dan mengambil pedang, Lie It mundur ke pojok kamar.

Di lain saat, si-imam sudah menerobos masuk dan mengawasi kedua orang muda itu dengan mata yang bersorot ungu.

Mendadak, seraya menuding Lie It, ia berkata: "Heran! Sungguh heran! Kau kena Swee-kut-chie-piauw dan Touw-hiat-sin-ciam dari kedua muridku cara bagaimana kau masih bisa hidup sampai sekarang!"

Lie It terkesiap, sekarang baru mereka tahu, bahwa Tosu itu adalah guru Ok-heng-cia dan Tok-sian-lie.

Sesudah menenangkan hatinya, sambil membungkuk Lie It bertanya: "Bolehkah aku mendapat tahu, untuk apa Locianpwee datang kemari?"

"Aku sengaja datang untuk melihat kepandaian Heehouw Kian dalam menggunakan jarum emas," jawabnya dengan suara menyeramkan. "Eh, buka bajumu!"

Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang