TIBA-TIBA ia dengar bentakan Kok Sin Ong : "Baiklah memaksa lo-hu menggunakan pedang. Maafkan, sekarang aku tak akan berlaku sungkan-sungkan lagi."
Ternyata sesudah serang-menyerang beberapa puluh jurus, biarpun Lweekangnya lebih tinggi Kok Sin Ong yang sudah berusia lanjut masih kalah cepat dari Bu Hian Song yang muda-belia.
Sebagaimana diketahui, Kok Sin Ong memiliki tiga rupa ilmu istimewa, yaitu pukulan Thong-piekocen, Kim-kong-cie dan Liap-in Kiam-hoat.
Selama belasan tahun, ia tak pernah menggunakan pedang, sebab dengan tangan kosong saja, ia sudah tak bisa menemui tandingan.
Tapi diluar dugaan, hari ini ia bertemu dengan lawan berat. Ia mengerti, bahwa tak gampang ia bisa menjatuhkan nona itu, tapi karena sudah omong besar ia merasa malu untuk menghunus senjata.
Sesudah bertarung beberapa lama, dengan gusar ia menyerang dengan menggunakan dua rupa ilmu, tangan kirinya meninju dengan Thong-pie-kun, sedang lima jari tangan kanannya menotok dengan Kim-kong-cie.
Melihat serangan yang hebat itu, Hian Song kaget bukan main. Ia ingin melompat mundur, tapi sudah tidak keburu lagi.
Dalam keadaan terdesak, mau tak mau ia terpaksa menyambut kekerasan dengan kekerasan.
Sambil mengempos semangat, ia memapaki kedua tangan lawan dengan pedang dan selendang.
Hampir berbareng, selendang sutera menggulung pergelangan tangan kiri Kok Sin Ong dan sinar pedang menyambar ke tangan kanan.
Sambil membentak keras, orang tua itu mementil badan pedang si-nona yang lantas saja terbang ke tengah udara dan dengan sekali mengetarkan lengan kirinya, selendang sutera itu jadi hancur berkeping-keping !
Hian Song tertawa nyaring. Ia melompat tinggi dan menyambut pedangnya yang sedang melayang turun.
Sekarang orang tua itu jadi kalap. Tanpa memperdulikan lagi nama dan kedudukannya lagi, ia segera menghunus senjata.
Ia mengerti bahwa tanpa menggunakan pedang, tak nanti ia bisa merobohkan nona yang lihay itu.
Sementara itu, melihat Kok Sin Ong mengeluarkan senjata, Lie It menghela napas dan berjalan terus. Baru saja ia tiba di pinggir lapangan, matanya yang jeli mendadak melihat ujung ikatan pinggang yang menongol dari sebuah batu besar.
Ia terkejut dan membentak : "Siapa!?"
Bentakan itu disusul dengan melompat keluarnya Siangkoan Wan Jie.
"Lie It Koko, aku!" serunya.
Lie It terkejut, ia merasa seperti juga berada dalam mimpi.
Semenjak berpisahan di Pa-ciu, belum pernah sedetikpun ia tidak memikiri keselamatan si-nona.
Pada malam itu setelah tiba di Pa-ciu, ia dikunjungi Liongsam Sianseng yang meminta supaya ia pergi ke satu tempat diluar kota untuk bertemu dengan Kok Sin Ong, guna merundingkan pertemuan para orang gagah di puncak Kim-teng.
Karena tak mau membuka rahasia, maka sesudah si nona tiba di penginapan itu, ia hanya meninggalkan secarik kertas dengan pemberitahuan bahwa ia harus segera berangkat untuk suatu urusan penting dan kemudian berlalu dengan tergesa-gesa.
Di luar dugaan, malam itu Lie Hian dibunuh orang dan dalam peristiwa pembunuhan itu, muncul juga Ok-heng-cia dan Toksian-lie.
Begitu mendapat kabar ia jadi bingung bukan main karena kuatir akan keselamatan Wan Jie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie Shen
General FictionAwal kisah dari Trilogi Dinasti Tong yang merupakan salah satu karya terbaik Liang Ie Shen. Sangat direkomendasikan untuk dibaca (must read), bahkan dari beberapa pengamat memberikan bintang 5 untuk trilogi ini (Trilogi Pendekar Rajawali karya Jin Y...