BARU sekarang Lie It sadar.
"Ah, kiranya dialah yang menyerang Thia Tat So dengan jarumnya...!" katanya dalam hati. Tapi ia heran.
Maka pikirnya pula : "Mengapa dia menyuruh aku mesti lekas menyingkir dari sini ? Mungkinkah rahasiaku sudah terbuka ?" Ia pun menjadi bingung. Di muka umum itu, cara bagaimana dia dapat mengangkat kaki ?
Selagi pangeran ini bimbang hati, Hee-houw Kian sudah di depan Khan.
Khan girang sekali. Dia menanya tabib yang dapat mengobati pohon yang keracunan itu, setelah itu ia memberi persen tiga cangkir arak. Kemudian Guru Besar Matu dititahkan untuk melayani tabib itu.
Matu mendapat tugas mewakilkan rajanya melayani semua tetamu agung, mendengar perintah junjungannya itu, mengertilah ia yang sang junjungan menghendaki tabib itu diundang duduk bersama dimeja kepala. Di meja itu berkumpul semua ahli silat yang paling kenamaan, kecuali tuan rumah, semua tujuh kursi sudah ada orangnya. Maka berpikirlah ia, akhirnya ia berkata kepada Maican, busu dari Tuyuhun itu : "Tabib Hee-houw ini tetamu agung dari jauh, kau yalah orang sendiri, baiklah kau yang mengalah."
Maican tidak berani membantah, tetapi dia tidak puas, pikirnya : "Biarnya dia pandai ilmu tabibnya, dia tidak lebih daripada tabib pelancongan, mana dia sesuai untuk duduk dimeja kepala ?"
Maka itu, meski sekapnya ramah-tamah ketika ia berbangkit dan menarik kursinya, guna mempersilakan tetamu duduk, diam-diam ia menggeraki kakinya, untuk membikin si tabib keserimpat jatuh dan mendapat malu karenanya. Tapi, baru saja ia bekerja, mendadak ia merasakan kakinya lemas, pinggangnya terus membungkuk, kelihatannya seperti ia mau menjalankan adat kehormatan besar terhadap orang yang mau dibikin malu itu.
Hee-houw Kian nampaknya kaget, dengan tergesa-gesa ia membungkuk, untuk memimpin bangun pada busu itu seraya berulang-ulang mengatakan : "Jangan, jangan, aku tidak berani menerima hormatmu !"
Maican terkejut. Ia merasakan tenaga yang kuat mengangkat tubuhnya. Ia telah mencoba mempertahankan diri, dengan membikin berat tubuhnya, tetap ia tidak berhasil. Maka sekarang tahulah ia, kecuali pandai ilmu tabib, orang itu juga liehay ilmu silatnya.
Tanpa merasa, ia menjadi takluk. Sambil memberi hormat, ia mengutarakan kekagumannya. Justeru hampir berbareng dengan itu, ia merasakan kakinya yang lemas sembuh dengan mendadak!
Apa yang berlaku itu tidak diketahui Guru Budi, hanya sikapnya Maican mendatangkan rasa heran, dari agak rada bertahan, dia menjadi sangat menghormat.
Thia Tat So, yang berada dimeja sebelah, di sebelahnya heran, menjadi bercuriga, hingga ia berkata dalam hati-kecilnya. "Ilmu totok tua-bangka ini sangat liehay ! Malam itu, apakah bukannya dia yang telah menyerang aku dengan jarum bwee-hoa ciam ?"
Guru Besar Matu, setelah dengan hormat mempersilakan Hee- houw Kian mengambil tempat duduk, berkata kepada orang banyak untuk sekalian memperkenalkan : "Ini Tuan Hee-houw, pandai sekali ilmu tabibnya. Anakku telah mendapat sakit mengih yang bandel tetapi telah dapat disembuhkan olehnya. Ah, Tuan Hee-houw, tidak kusangka, selain pandai mengobati orang, kau juga dapat mengobati pohon ! Mari, silakan kau minum tiga cawan arakku ini...!"
Mendengar perkataannya Matu itu, tambahlah jelus dan kebenciannya Thia Tat So terhadap Hee-houw Kian.
Inilah sebab : Ketika baru-baru ini ia memerintahkan Lam-kiong Siang membegal dan membinasakan si saudagar dari Khoresmia, ia sebenarnya hendak merampas obat-obatannya saudagar itu untuk dipersembahkan kepada Matu, guna menolong puteranya si Guru Besar, siapa tahu sekarang putera itu telah disembuhkan tabib ini. Dengan begitu, bukankah persembahan obatnya itu menjadi tidak ada artinya ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie Shen
Fiksi UmumAwal kisah dari Trilogi Dinasti Tong yang merupakan salah satu karya terbaik Liang Ie Shen. Sangat direkomendasikan untuk dibaca (must read), bahkan dari beberapa pengamat memberikan bintang 5 untuk trilogi ini (Trilogi Pendekar Rajawali karya Jin Y...