68. Perjalanan Lie It ke Kotaraja Turki

1.8K 18 0
                                    

KETIKA Lie It turun dari gunung, ia mampir pada seorang pemburu di kaki gunung, untuk membeli seekor kuda dan pakaian, guna mendandankan diri sebagai seorang pemburu juga.

Ia pun memelihara kumis serta memakai obat kulit, hingga ia menjadi lebih tua sepuluh tahun.

Untuk segera sampai di kota raja Thian-hee, guna menolong anaknya, ia mengasi kudanya lari keras dan terus-menerus, maka waktu itu hari ia sampai di tepi kali, ia lantas berhenti.

Kudanya kurang makan dan minum, napasnya memburu keras, mulutnya berbusa, maka kali itu bagaikan emas ditemukan pengemis, Lie It sendiri pun girang.

Ketika ia sudah lompat turun dari kudanya, ia tuntun binatang itu ke tepian, untuk mengasi dia minum.

Justeru itu, Lie It mendengar suara kelenengan unta, ketika ia berpaling, ia melihat dua orang dengan pakaiannya yang luar biasa, mata mereka itu dalam, hidung mereka bengkok, kepala mereka digubat kain putih.

Berdua mereka menaiki sebuah unta. Mereka pun menghampiri kali.

Mereka tak miripnya orang Uighur yang kebanyakan. Dua orang itu lompat turun dari unta mereka, untuk mengeluarkan kantung air, untuk mengisikan itu.

Ketika mereka melihat Lie It, agaknya mereka heran, hanya sejenak mereka ragu-ragu, lantas mereka menaiki unta mereka.

Kelihatannya mereka tidak suka bertemu orang asing. Biasanya digurun pasir, bila dua orang atau dua rombongan orang saling bertemu, keduanya girang sekali, senang mereka berkumpul, untuk berjalan bersama, maka heran dua orang ini, tidak saja mereka tidak bergirang, bahkan mereka mau mengasingkan diri.

Lie It menghampirkan, untuk menanya mereka. Ia menggunakan bahasa Uighur.

Mereka itu seperti tidak mengarti bahasa Uighur, mereka mengeluarkan kata-kata yang tidak terang, mereka menggeleng geleng kepala, tanpa menanti Lie It datang dekat, mereka lantas pergi dengan unta mereka.

Lie It heran dan otaknya bekerja.

"Mungkin mereka dua orang saudagar yang datang dari Khorezmia," pikirnya.

Khorezmia sebuah negara besar di Asia Tengah, dia bukan jajahan Thian-hee Turki itu, akan tetapi setiap tahun dia mengantar upeti, untuk mengambil hati, karena kuatir negerinya nanti diserang.

Karena ini, saudagar-saudagar kedua pihak mempunyai perhubungan dagang satu dengan lain, sedang orang-orang asing yang berdagang di negara Thian-hee itu, dalam sepuluh ada delapan atau sembilan yang mengerti bahasa Uighur.

Maka itu aneh dua orang asing ini. Lie It tidak dapat memastikan apa orang cuma berpura-pura saja.

Ia merasa tidak enak hati, karena orang tidak mau meladeni ia, ia terpaksa mengundurkan diri, akan mengawasi kudanya minum dan makan rumput di tepi kali itu, ia sendiri duduk beristirahat di bawah sebuah pohon.

Dua orang asing itu serta untanya jalan belum jauh, tiba-tiba diudara terlihat dua ekor burung nasar, yang terus mengasi dengar suaranya, hingga Lie It membuka kedua matanya.

Kedua ekor burung itu justeru menyamber ke arah untanya kedua saudagar itu, karena di punggung unta ada tergantung deng-deng kerbau. Burung itu saking laparnya turun menyamber, hebat caranya. Atas samberan burung itu, dua orang saudagar itu berkelit miring kekiri dan kanan, kaki mereka menunjang, dengan berbareng mereka menghunus golok, membacok burung yang pertama.

Sang burung berkelit, tetapi dia telah kena samber bungkusan, yang talinya putus, hingga bungkusan itu terbuka, isinya jatuh berserakan.

Pendekar Aneh (Lie Tee Kie Eng) ~ Liang Ie ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang