Bab 25 - Getting Worse

2.4K 274 58
                                    

Seoul, DISK building, 31 Desember 2018. 11.00 PM

Yeong Eun menyeruput kopinya dengan malas. Menikmati pemandangan di balik dinding kaca dari lantai tiga DISK. Pukul sebelas siang. Tadi ia sudah menyelesaikan seluruh laporan kerjanya beserta semua rincian yang dibutuhkan. Tidak ada pekerjaan baru. Jadi dengan kata lain, bisa dikatakan bahwa ia sedang kosong, menganggur. Dan itu jelas kabar buruk. Tidak ada pekerjaan, tidak ada pelampiasan. Itu berarti ia akan kembali melamun. Yeong Eun tadinya tak berniat pergi bekerja sepagi ini-ia bahkan berangkat pukul enam pagi. Tapi saat matanya melihat Hyukjae, ia benar-benar tidak tahan lagi. Akhirnya tanpa berpamitan sama sekali, Yeong Eun pergi meninggalkan Eunhyuk yang saat itu masih terlelap.

Kursi di depannya bergeser. Donghae duduk di sana. Pria itu juga membawa segelas kopi. Yeong Eun tidak mengatakan apa-apa. Hanya kembali memandangi pemandangan di luar sana.

"Kau tahu tidak, aku bertahan di DISK karena kau," buka Donghae perlahan.

Yeong Eun hanya memandanginya datar. "Bagaimana bisa?" tanyanya lambat.

"Aku sudah berniat berhenti saat di akademi pelatihan, tapi kau membantuku berlatih seolah kita benar-benar sudah jadi tim yang solid. Kau bahkan belum tahu namaku saat itu." Donghae bercerita lambat, memandang Yeong Eun sambil memiringkan kepala. Kembali mengenang masa lalu.

"Aku membantumu?" tanya Yeong Eun mulai tertarik dalam percakapan. Ia sama sekali tidak ingat pernah membantu Donghae.

"Benar!" seru Donghae antusias. "Kau membantu membawaku ke rumah sakit akademi saat tanganku patah," lanjut Donghae lagi.

Yeong Eun mengerutkan kening. Masih tidak bisa membuka memori masa lalu. "Aku tidak ingat," akunya merasa bersalah.

Donghae tersenyum. "Bukan masalah. Setelah ditolong dengan sangat baik seperti itu, mana bisa aku menyerah dengan mudah." Donghae tersenyum lagi. Ia tidak pernah membuka kenangan ini, membiarkan kepingan masa lalu itu berada di sudut hatinya, mengendap di sana bagai mutiara berharga. Kebahagiaan pribadinya.

"Apa kau menyesal?" tanya Yeong Eun lagi.

"Tidak. Karena kaulah aku bisa berdiri di sini sekarang." Donghae masih tersenyum.

Yeong Eun akhirnya tersenyum juga. Meskipun ia masih sama sekali tidak ingat pernah melakukan itu. "Bukan aku. Itu karena kesungguhanmu sendiri," terangnya lagi.

Keduanya lalu berdiam diri. Membiarkan keheningan itu mengisi ruangan.

"Aku kembali dulu. Ada yang harus kuurus." Donghae berpamitan tak lama kemudian. Yeong Eun hanya mengangguk.

Tak sampai sepuluh menit, kursi di depannya bergeser lagi. Kali ini Kyuhyun yang duduk di sana. Pria itu juga membawa segelas kopi. Yeong Eun tidak mengatakan apa-apa. Hanya kembali memandangi pemandangan di luar sana.

"Kau tidak lapar?" Kyuhyun bertanya.

"Belum," jawab Yeong Eun sambil lalu.

"Lapar saja lah."

Kyuhyun kembali bersuara dengan ngotot.

"Kubilang belum ya belum!"

"Tapi aku lapar."

"Ya sudah, makan saja sana sendiri kalau lapar." Yeong Eun menjawab tak acuh.

"Tidak bisa." Lagi-lagi Kyuhyun menjawab ngotot.

"Kenapa tidak?"

"Karena kalau aku lapar kau juga pasti lapar."

Yeong Eun spontan mendelik marah. Merasa geram luar biasa.

THE WILD COUPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang