Seoul, DISK building. 21 Februari 2019. 09.45 AM
Yeong Eun menunggu dengan sabar. Membiarkan Eunhyuk dan Sungmin berdiskusi lebih lama sambil menghadap pada jendela kaca. Di seberang ruangan, Ketua Park berbaring tak sadarkan diri di atas sebuah tempat tidur bersih. Beberapa kabel tersambung pada tubuhnya. Menerjemahkan kinerja organ tubuhnya pada alat pendeteksi organ vital. Pada kepalanya terpasang helm sedemikian rupa yang permukannya juga terdapat kabel-kabel yang terhubung pada mesin di sisi ruangan.
"Jadi, bagaimana?" Eunhyuk bertanya sambil mengamati pria tua itu. Ia tidak tahu bagaimana perasaannya saat ini. Kepalanya masih mengingat bagaimana orang itu cukup berperan atas hilangnya Yeong Eun dari sisinya. Tapi melihatnya dalam kondisi demikian tidak lantas membuatnya senang. Park Sun Jong benar-benar terlihat rapuh. Ia tampak bisa mati kapan saja.
"Perdarahannya cukup banyak. Kami memastikan tidak ada infeksi lain. Paru-paru kanannya terluka parah. Tembakan itu membuat organ itu trauma berat dan nyaris tidak berfungsi. Ditambah lagi, kepalanya cedera karena bertumbukan dengan lantai. Terjadi penggumpalan darah di bagian otak serta peningkatan volume darah secara signifikan. Aku tidak yakin apakah dia bisa bertahan hingga esok hari." Sungmin menjelaskan dengan berat hati.
"Wanita itu bagaimana?" tanya Eunhyuk lagi.
"Nihil. Tidak merespon sama sekali. Ia terlihat seperti mayat hidup. Beberapa kali ia menangis meraung-raung, entah menangisi apa. Kemarin ia mengambil pena Kyungsoo dan berniat bunuh diri dengan menusukkannya pada lehernya." Dengan intonasi yang sama Sungmin kembali menjelaskan. Tahu bahwa Eunhyuk tengah menanyakan kondisi Joo-Won.
"Bawa dia ke sini." Eunhyuk meminta tanpa pendahuluan.
"APA?" Sungmin tak kuasa menahan teriakan karena kaget. "Untuk apa? Kau ingin dia mengamuk dan membunuh Ketua Park lebih cepat?"
"Sekarang atau tidak sama sekali." Eunhyuk berujar lagi. Menoleh menatap Sungmin untuk meyakinkan pria itu.
Sungmin masih bergeming. Memandangi Eunhyuk seolah ia sudah gila.
"Bagaimanapun, ia tetaplah anaknya. Tidak ada yang bisa mengubah kenyataan itu." Eunhyuk berkata dengan tenang dan lugas. Membuat Sungmin terdiam, mencoba berpikir ulang tentang hal itu. Tak lama setelahnya, ia akhirnya memahami maksud Hyukjae.
"Tunggu, sebelumnya ada yang ingin aku tunjukkan padamu." Sungmin kemudian berbalik. Baru menyadari bahwa di sana Yeong Eun masih berdiri menunggu mereka. "Oh, dan Yeong Eun juga, tentu saja. Mungkin kalian ingin melihat ini."
Sungmin berjalan keluar ruangan. Eunhyuk membiarkan pria itu memimpin jalan, sementara ia dan Yeong Eun mengekor di belakangnya dengan penuh tanda tanya.
***
Yeong Eun membayangkan banyak hal, tapi ia sama sekali tidak mengira akan berakhir di sini. Divisi Rehabilitasi Mental, tempat yang sama di mana Han Joo-Won kini dirawat, atau mungkin dikurung. Ruangan itu seperti ruang kerja pada umumnya. Satu set meja utama beserta kursi pemilik ruangan ada di sana. Di sisi ruangan berdiri lemari berisi buku-buku tebal. Di sebelahnya terdapat lemari kaca yang memuat banyak botol-botol vial dan ampul dalam berbagai ukuran, berisi cairan dengan beragam warna. Ada pula berbagai bahan medis terobosan baru yang belum dilepaskan di organisasi karena masih dalam pengujian klinik, hasil karya Divisi Laboratorium.
"Ruangan siapa ini?" tanya Yeong Eun dengan polos. Sepenuhnya merasa asing.
"Kim Jong Woon, Kepala Divisi Rehabilitasi Mental." Sungmin menjawab.
"Kau yakin tidak apa-apa kita masuk ke sini sementara orang itu tidak di sini?" Eunhyuk bertanya memastikan.
"Tidak apa-apa. Aku sudah mengabarinya." Sungmin menjawab pendek. Pria itu berjalan menuju seperangkat layar plasma besar di sudut ruangan. Tersambung pada keyboard yang terletak di meja tinggi itu dan prosesor besar di bawah meja. Tampak begitu elegan dengan warna metalik mengilat seukuran kulkas mini.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WILD COUPLE
FanficLee Hyukjae dan Cho Yeong Eun adalah sahabat sejak kecil yang bekerja sebagai anggota agen DISK (Department Intelligence of South Korea). Semuanya baik-baik saja, sampai ketika orang tua keduanya terus memaksa untuk menikah. Tak ingin menerima renc...