Bab 20 - Escape

449 46 5
                                    

Seoul, DISK building, 27 Desember 2018. 02.10 PM 

Yeong Eun keluar dari ruangan Ketua Park dengan muka kesal. Ia menolehkan kepala ke kiri dan ke kanan. Mencari seseorang.

"Henry Lau!"

Beberapa saat menunggu, tapi tidak ada tanda-tanda kemunculan Henry. Yeong Eun bolak-balik ke sana ke mari mencari si pemilik nama. Tapi Henry tak terlihat di mana pun. Membuatnya semakin emosi.

"Yak, Henry Lau! Di mana kau? Ke sini sekarang juga!"

Yeong Eun berteriak lagi. Dan tak lama itu, muncullah Henry di muka pintu. Tangannya dipenuhi berkas-berkas kertas sementara tangannya yang lain memegang sebuah gelas kertas berisi kopi.

"Hei, kau! Kemari sekarang."

Henry menaikkan alisnya. Menghampiri Yeong Eun dengan was-was dan bingung. Ia sudah bersiap-siap untuk mendapatkan kemungkinan terburuk. Akhir-akhir ini sepertinya Yeong Eun memang sedang ada masalah. Ia turut bersedih soal itu. Tapi jika karena masalahnya itu Yeong Eun malah menyiksanya, itu sudah terhitung perkara lain! Memangnya dia ini karung samsak yang bisa ditinju dan ditendang-tendang saat pemiliknya sedang depresi? Yah, tidak separah itu. Paling Yeong Eun hanya akan mengomelinya ataupun marah-marah dengan alasan yang sama sekali tidak penting. Dan setelahnya, Nuna kesayangannya itu akan membelikannya minuman dingin dan mengajaknya main bersama. Meskipun game yang mereka mainkan memiliki hukuman yang cukup menjengkelkan, tapi Henry menghargai itu. Lalu sekarang, ia tidak tahu apa lagi yang akan dikatakan gadis itu padanya.

"Nuna mencariku?"

"Ya. Kemarin aku sudah menyuruhmu untuk mencari data para korban Baek Soo Kwang yang terbaru kan? Kenapa kau belum menyerahkannya padaku, hah? Memangnya itu hal yang sulit? Aku harus menyelesaikan kasus itu besok. Jadi, cepat berikan daftarnya padaku sekarang lalu aku akan mendata tempat dan persiapan apa yang harus kulakukan."

Yeong Eun melihat layar ponselnya. Menggeser-geser layar mulus itu. Mencari-cari informasi yang ingin ditemukannya. Sementara Henry hanya menatapnya polos. Merasa bingung sekaligus kasihan.

"Apa! Kenapa kau masih di sini? Cepat cari daftarnya dan letakkan di mejaku sekarang! Aku memanggilmu bukan untuk menyuruhmu melongo di sini."

Yeong Eun kembali meledak. Mendorong-dorong Henry agar pergi dari sana. Sementara Henry tetap menahan kakinya. Berhasil membuat Yeong Eun kalah. Tangannya lalu menahan tangan Yeong Eun yang sedang berusaha mengusirnya dengan ganas.

"Nuna, kau lupa ya?"

"Hah? Apa?"

"Aku sudah meletakkannya di mejamu sejak tadi pagi. Kau kemana saja sih? Memangnya kau belum melihatnya?"

Henry bertanya sungguh-sungguh. Menatap Yeong Eun dengan tatapan lebih prihatin dari sebelumnya. Sementara Yeong Eun merasa bodoh bukan main. Benarkah? Apakah juniornya itu memang sudah melaksanakan perintahnya? Tapi ... kenapa ia tidak melihat berkas itu sama sekali? Ia lalu dengan ragu melihat mejanya dari tempatnya berdiri. Begitu pula dengan Henry. Kepalanya ikut-ikutan terjulur melihat meja Yeong Eun.

"Nah, itu dia. Aku bahkan masih bisa melihat mapnya di sana."

Henry menunjuk sebuah map merah di atas meja Yeong Eun. Membuat mulut Yeong Eun seketika bungkam. Yeong Eun berdeham. Mulai merasa tidak enak karena sudah marah-marah pada pria kecil itu.

"Ya sudah! Kenapa kau tidak bilang dari tadi? Kau seharusnya katakan padaku! Lagipula siapa bilang aku belum melihatnya?! Aku sudah melihatnya tadi pagi. Aku hanya lupa!"

Yeong Eun merengut kesal. Sementara Henry hanya terkekeh.

"Sudah sana pergi. Kerjaanmu itu masih banyak. Aku juga harus bekerja. Minggir!" Yeong Eun menggeser paksa tubuh Henry saat ia melewatinya. Sementara pria itu hanya tertawa geli.

THE WILD COUPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang