Seoul, The House of Mr. and Mrs. Lee. 27 Februari 2019. 11.30 AM
Hari ketiga pengobatan membuat hari pertama terasa seperti tidak ada apa-apanya. Dosis injeksi antidote memang hanya diberikan satu mililiter per hari, tapi efek sampingnya seolah gadis itu menerimanya berliter-liter. Yeong Eun muntah-muntah dengan hebat dan intensitas lebih sering. Gadis itu berusaha sangat keras menyembunyikan sakit yang terasa menghancurkan isi kepalanya, tapi Eunhyuk bisa tahu dengan baik bahwa Yeong Eun sangat menderita. Sialnya, pria itu harus memaksakan diri seolah tidak melihatnya. Dua malam terakhir Eunhyuk tidak tidur. Ia pun hanya makan seperlu dan sesempatnya saja. Sepertinya malam ini pun ia tidak akan bisa tidur.
Yeong Eun baru saja selesai muntah, untuk keenam kalinya sejak pagi tadi. Ia menutup kloset lalu meletakkan kepalanya di sana untuk sejenak. Berusaha mengatur napasnya yang memburu. Tangannya mengurut pelipis. Kepalanya berdenyut dengan menyakitkan, seolah ada banyak bom di dalam sana yang meledak sepanjang waktu. Ia juga merasa perutnya sakit sejak hari ini. Yeong Eun menjangkau air lalu membersihkan wajah. Ia berusaha bangkit, tapi sedikit pergerakan membuat seluruh ototnya sakit.
"Argh!" erangnya pelan. Tak ingin mengusik Eunhyuk yang kini sedang membuatkan susu untuknya di kamar. Pria itu dipastikan akan panik jika mendapatinya kesulitan sedikit saja.
Yeong Eun mencoba bangkit lagi. Tapi kini semua tulang-tulangnya juga ngilu. Seolah semuanya kini sedang meradang dan meleleh. Yeong Eun panik. Tangannya bergetar. Kepalanya sakit, perutnya juga bergejolak dan nyeri hingga menusuk-nusuk organnya. Sementara tubuhnya sama sekali tidak bisa bergerak.
"Kenapa aku tidak bisa bangun ...?" tanya Yeong Eun lirih dan ketakutan. Gadis itu memaksakan diri untuk berjongkok, lalu berusaha berdiri. Tapi belum sempat berjongkok ia sudah terduduk lagi, jatuh menyandar pada kloset.
"Jangan panik ...," dikte Yeong Eun pada dirinya sendiri. Ia membenamkan wajahnya pada tangannya di atas penutup kloset. Tangannya yang lain yang sejak tadi mencengkeram perutnya mengetat. Sementara matanya terpejam erat, masih berperang dengan rasa sakit.
Ya Tuhan ... Sakit sekali ....
Yeong Eun sudah berjanji tidak akan menangis. Apa pun yang terjadi, sehebat apa pun rasa sakitnya, ia sudah bertekad tidak akan menangis. Setidaknya tidak di depan Eunhyuk. Tapi semakin hari rasanya semakin menggila. Ini di luar ekspektasinya. Ini di luar dugaan.
"Yeong Eun," panggil Eunhyuk dari luar.
Eunhyuk heran kenapa Yeong Eun menghabiskan waktu terlalu lama di dalam kamar mandi. Jadi pria itu memutuskan untuk mengecek. Ia berusaha keras untuk mengontrol diri dan tidak memikirkan kemungkinan buruk apa pun. Tapi menyaksikan pemandangan di depannya malah menbuat dunianya seolah terguncang badai.
"ASTAGA, YEONG EUN!"
Pria itu menghampiri Yeong Eun dengan panik. Duduk bersimpuh di depannya lalu mengguncang tubuhnya perlahan. Eunhyuk mengangkat wajah Yeong Eun. Melihat bagaimana wajah itu sembap dan kacau karena menangis.
"Kenapa? Ada apa?" Suara Eunhyuk pelan dan gemetar. Pria itu lalu memeluknya erat. Ia tak tahu harus melakukan apa. Sungguh, ia benar-benar tidak tahu selain hanya berusaha untuk selalu ada di setiap saat di mana pun Yeong Eun membutuhkan. Dan itu membuatnya benar-benar kesal. Ia ingin membantu tapi tidak bisa.
"Tidak bisa ... Aku tidak bisa bangun ... Sakit sekali ...."
Yeong Eun kalah oleh rasa sakit yang menderanya beberapa hari ini. Hancur sudah niatnya untuk bersikap tegar di hadapan Eunhyuk. Karena nyatanya ia tidak bisa menahannya.
Dada Eunhyuk terasa sakit seolah dipukuli dengan gada berduri. Mendengar bagaimana Yeong Eun mengatakan itu telah berhasil meruntuhkan pertahanannya. Jika gadis itu sudah memutuskan mengadu padanya, maka pastilah itu tidak tertahankan lagi. Eunhyuk mengusap punggung Yeong Eun perlahan. Merasa bahwa tubuh dalam dekapannya ini kian mengecil sepanjang waktu.
![](https://img.wattpad.com/cover/62688810-288-k85422.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WILD COUPLE
FanfictionLee Hyukjae dan Cho Yeong Eun adalah sahabat sejak kecil yang bekerja sebagai anggota agen DISK (Department Intelligence of South Korea). Semuanya baik-baik saja, sampai ketika orang tua keduanya terus memaksa untuk menikah. Tak ingin menerima renc...