Bab 39 - Chaos and Memories

3.2K 322 160
                                    


Satu tembakan meletus. Menyisakan aura ketegangan yang tak kunjung surut. Eunhyuk jatuh tersungkur tak jauh dari Yeong Eun dengan tangan terentang. Menghalangi timah panas itu agar tidak menyentuh Yeong Eun. Sebagai gantinya, peluru itu kini bersarang di lengan kanannya. Kelegaan melingkupinya dengan deras karena berhasil melindungi gadis itu. Hanya butuh sepersekian detik untuk membunuh Yeong Eun, dan Eunhyuk berhasil melindunginya. Ia tidak tahu lagi hal apa yang bisa lebih melegakannya untuk saat ini.

"Nah, seperti itu cara menembak yang baik," ujar Joo-Won dengan puas. Ia melemparkan pistol itu dengan asal ke atas meja. Kembali mengarahkan perhatian pada Park Sun Jong dan Mr. President. Sama sekali tidak merasa bersalah karena baru saja melubangi lengan Hyukjae. Gadis itu benar-benar sudah sakit jiwa.

Di sisi lain, Eunhyuk tidak memedulikannya, melainkan langsung menoleh pada Yeong Eun. Memusatkan perhatiannya pada gadis itu yang juga belum siuman.

"Yeong Eun ... bangunlah ... kau bisa dengar aku?" panggilnya lirih. Merasa tak bisa menahan diri lagi saat mendapati bahwa gadis itu tak kunjung sadar. Yeong Eun harus sadar, meski dia kini tertidur, gadis itu harus bangun. Ia tidak akan bisa tenang sebelum Yeong Eun benar-benar membuka matanya.

Eunhyuk berbalik, melindungi gadis itu sepenuhnya hingga dua orang ayah dan anak itu tidak akan bisa menyakiti Yeong Eun tanpa lebih dulu melubangi punggungnya. Ia menepuk-nepuk pipi Yeong Eun. Memberikan napas buatan terus menerus meski tampaknya tidak berpengaruh. Sama sekali tidak ada respons.

Eunhyuk memangku kepala dan tubuh bagian atas Yeong Eun dengan susah payah karena tangan kanannya mulai mengernyit perih. Tangannya gemetaran mengelus kepala gadis itu. Hatinya perih bagai disiram air keras. Eunhyuk merasa dirinya akan ikut mati saat mendapati bahwa tidak ada sedikit pun tanda-tanda kehidupan pada Yeong Eun. Orang yang ia lindungi di atas segalanya, kini terbaring dalam pelukannya dengan keadaan berdarah-darah dan tak sadarkan diri. Nyawa Eunhyuk seolah ditarik ulur. Dadanya sakit saat tangannya lagi-lagi mengusap kepala Yeong Eun yang masih tak bergerak.

"Tidak ... Jangan pergi ... Kau tidak boleh pergi ...," ujarnya lagi dengan air mata yang mengalir deras. Pria itu memeluk Yeong Eun lebih dekat. Membenamkan wajahnya di sisi wajah Yeong Eun. Berharap hal itu bisa mengirimkan sebagian daya hidup pada gadis itu. Berharap agar setidaknya kehangatan itu bisa menyadarkannya. Segala pikiran buruk membuat kepalanya sakit. Berjuta kenangan mereka membanjiri benaknya hingga menghimpit relung hatinya yang tersisa. Yang ada hanya kesakitan. Gadis itu kesakitan, namun ialah yang merasa akan mati saat melihatnya.

"Yeong Eun ... tolong jangan seperti ini, kau bisa membunuhku. Kau tidak boleh pergi tanpa membawaku juga ... ya? Aku ... Aku tidak bisa ...." Pria itu berbisik. Mencium pipi Yeong Eun berkali-kali. Meninggalkan jejak basah di wajah itu karena air matanya. Batinnya menjerit keras namun lolongan frustrasi itu bagai tersangkut di tenggorokannya. Ia hanya mengerang halus, merasa bahwa seluruh sel tubuhnya kesakitan seolah sedang ditarik paksa agar terpisah menjadi butiran terkecil. Tanpa kehidupan. Tanpa perasaan. Tanpa Yeong Eun-nya.

"Sayangku Yeong Eun ... kau dengar aku, kan? Kumohon bangunlah ... kita akan pulang sebentar lagi. Oke? Bangun, Yeong Eun. Kumohon, jangan mati." Eunhyuk kembali memanggil dengan lirih. Lagi-lagi menepuk pipinya perlahan. Tidak ada lagi suara yang terdengar dari mulutnya kecuali tangis kehilangan yang terputus-putus.

Detik itu juga dengan tidak disangka-sangka, Yeong Eun tiba-tiba mengerjap lambat, tampak amat kesulitan. Ia terbatuk-batuk, merasa ingin memuntahkan isi perutnya—yang nyaris tidak ada—karena tekanan mental yang seketika mengerjapnya. Gadis itu baru menyadari bahwa orang yang kini sedang memeluknya adalah Eunhyuk. Dan seketika itu pulalah tangisannya keluar. Yeong Eun menangis sejadi-jadinya. Membenamkan wajahnya di dada Eunhyuk sambil tersengguk-sengguk. Menumpahkan segala rasa sakit dan frustrasi yang selama ini mengimpitnya tanpa ampun. Membuatnya merasa nyaris mati beberapa kali. Ia begitu merindukan Hyukjae. Merindukan segala bagian kecil dari pria itu hingga rasanya tidak tertahankan lagi.

THE WILD COUPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang