Bab 22 - Hurts

2.9K 254 56
                                    

Haaaiiii!

Ini adalah salah satu bagian favoritku.

Yuk, silakan dibaca, biar kita bisa tahu apakah ini juga jadi favorit kalian!

Happy reading!

Yeong Eun melangkahkan kakinya dengan hati-hati. Mengamati koridor itu dengan keseriusan yang nyaris membuatnya tertawa. Ia merasakan getaran adrenalin yang mengaliri tubuhnya. Sepi. Tak ada orang sama sekali. Suara baku tembak di lantai dasar terdengar hingga ke tempatnya berada. Ia berusaha menebak, pintu manakah yang harus ia masuki. Di depannya terdapat lebih dari lima pintu, dan ia tak sedang dalam keadaan yang akan merasa senang jika harus mengeceknya satu per satu.

Oh, sial! Tak ada pilihan lain.

Yeong Eun mulai melangkah menuju pintu pertama. Tangannya memegang kenop pintu itu dengan erat. Menarik napas sebelum membukanya. Apa pun yang ada di balik pintu ini, ia harus bisa mengatasinya nanti.

Krek!

Dengan satu sentakan kuat, Yeong Eun membuka pintu itu. Tangannya sudah terangkat ke depan, bersiap menembak siapa saja yang akan menyerangnya. Tapi tak ada siapa pun. Ruangan itu kosong.

Yeong Eun menutup kembali pintu itu. Berjalan menuju pintu selanjutnya. Ia memastikan senjatanya lagi. Tangannya sudah siap di atas kenop pintu. Bergerak membuka pintu itu dengan satu gerakan sigap.

Dor! Dor! Dor!

Belum sempat ia masuk, tembakan sudah menghujaninya bertubi-tubi. Yeong Eun melemparkan dirinya ke belakang, berlindung di balik dinding. Bersyukur bahwa tadi ia tidak langsung masuk begitu saja. Tembakan itu berhenti tak lama setelahnya. Yeong Eun mencari-cari sesuatu dalam tasnya. Mengeluarkan sebuah bola berwarna merah muda. Yeong Eun menekan tombol yang terletak di permukaannya, kemudian langsung melemparnya ke dalam ruangan. Asap merah muda mengepul. Beberapa orang laki-laki terdengar batuk di dalam sana. Yeong Eun bergerak masuk. Bersiap dalam posisi siaganya. Tadinya ia yakin bahwa pengawal itu pasti sudah roboh, tapi ternyata ia salah.

Dor! 

Seorang laki-laki menembaknya dari ujung ruangan. Yeong Eun berkelit. Dengan tangan kirinya, ia menembak laki-laki itu dengan senapan angin berkekuatan tinggi. Alat yang menciptakan getaran yang cukup berefek pada sistem saraf sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri hingga dapat menyebabkan kelumpuhan untuk beberapa saat.

Ia mengedarkan pandangan, menembaki lagi para pengawal lain yang ternyata masih berdiri. Baru saja ia berbalik, sebuah kaki sudah menendang tangannya. Berhasil membuat revolver-nya terlepas. Pria itu kembali berusaha memukulnya, tapi Yeong Eun berkelit. Menunduk lalu menerjang kaki pria itu. Memukul perutnya dan menendang tulang keringnya. Pria itu mengerang. Dengan tangannya yang kekar, pria itu menangkap pergelangan tangannya. Menyilangkannya lalu berusaha membekuk serangannya. Tapi Yeong Eun berkelit lagi. Menginjakkan kakinya pada lutut sang pria lalu menerbangkan tubuhnya melewati pria itu dengan posisi kayang di udara. Menarik lepas tangannya dengan sekuat tenaga lalu berhasil mendarat dengan mulus di belakang pria itu. Yeong Eun menerjang lagi punggung pria itu dengan kedua kakinya yang memakai boot hitam dengan hak yang cukup yakin membuat punggung pria itu membiru. Dengan tangan kirinya, ia mengambil borgol elektrik dari kantong ranselnya. Mengaitkannya pada tangan pria itu lalu menguncinya dengan bunyi klik.

Baru saja membereskannya, seorang yang lain berusaha mengalahkan Yeong Eun lagi. Tangan pria itu menyerangnya dari sisi kiri dan kanannya, namun Yeong Eun berhasil menangkisnya dengan telak. Yeong Eun menyerang wajah pria itu dengan sikunya lalu mencengkeram tangan kanannya. Ia memutarnya ke sisi yang berlawanan hingga menyebabkan sebuah bunyi krak yang tak wajar, lalu mengambil sebuah pena dan menusukkan ujung pena itu pada lengan bawahnya. Dalam hitungan detik, pria itu sudah jatuh pingsan.

THE WILD COUPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang