Ketika kamu mencoba untuk melepaskan sebuah pelukan
yang selama ini telah membuat kita nyaman, maka aku dengan senyuman terus mencoba untuk meyakini kamu, bahwa semua hal ini hanyalah sekelumit kesalah pahaman biasa yang tidak perlu berpisah untuk menyelesaikannya. Karena bagiku, berpisah hanya akan menimbulkan masalah baru, masalah kehilangan.
Coba kamu ingat saat pertama kali kita menyatukan jari kelingking, terasa amat berat untuk melepaskannya bukan?. Begitulah yang aku rasakan saat ini, cintaku masih sama seperti saat kita berjumpa pertama kali. Saat aku menatap matamu pertama kali.
Pun jika kita berpisah, belum tentu juga kita akan merasakan senja yang manis seperti biasa. Belum tentu kamu akan tersenyum dengan lelucon yang sering aku buat, dan pastinya aku tidak akan bisa menikmati kopi sebagaimana biasanya. Kopiku yang sekarang, jelas terasa lebih pahit.
Kehilangan tidak akan pernah terasa lebih baik. Kehilangan tidak akan pernah terasa bahagia. Kalau saja kehilanganmu terasa nyaman, berarti cinta yang pernah dijalani bukanlah cinta yang tulus dan datangnya bukan dari hati.
Aku jelaskan, aku tidak bisa kehilangan kamu begitu saja. Perlu ada kesepakatan untuk benar-benar saling berpisah. Perlu ada keikhlasan yang harus dipaksakan.
Sebenarnya, saat kamu mulai ada dan menetap. Ada sebuah cahaya kecil yang kembali menyala dalam hatiku. Ada sebuah kelapangan yang terjadi, saat sesak kian menjadi belenggu yang mengganggu sedari dulu.
Aku harap kamu tidak pergi. Mari kita coba menyelesaikan kesalah pahaman ini secara baik-baik dan kita jalani hari seperti sedia kala. Seperti saat aku menyambut pagimu dengan 'selamat pagi' dan saat malamnya, aku tutup harimu dengan 'selamat malam'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Adalah Perang
Poesia"Akan ada saatnya dimana kita bisa memilih dan sedia menerima pilihan. Sebab cita-cita cinta hanya bisa di usahakan, tanpa bisa di paksakan. Akan ada saatnya dimana aku kembali lagi bersama diriku sendiri. Sebab setelah jauh mengikuti langkahmu, aku...