Sebenarnya kita selalu berharap tentang apa yang kita bayangkan itu bisa terjuwud. Misalkan aku saja. Pada suatu waktu aku ingin pagiku dihiasi dengan suaramu. Kau membangunkanku pelan, lalu mengecup keningku. Ya... meski ada rasa sebal jika aku nakal.
Lalu kau bergegas ke dapur, menyiapkan bekal untuk orang yang kau cintai dan juga mencintai dirimu. Menghidangkan makanan yang sederhana lalu kembali lagi menjengukku yang entah masih nakal atau telah melakukan apa yang kau suruh.
Suatu waktu aku juga ingin apa yang aku bayangkan terwujud. Saat malam menjelang, secangkir kopi kesukaanku dan teh manis kesukaanmu telah terhidang diatas meja. Kau berbaring sambil bercerita tanpa canggung. Kadang-kadang aku suka menjaili hidungmu atau malah mengecup keningmu. Kali itu bukan hanya malam saja yang melarut, tapi kita juga. Dan kali itu tidak ada lagi waktu sebagai penjeda dan jarak sebagai pemisah. Mereka itu fana, kita yang abadi.
Atau pada suatu waktu, saaat kita dilanda masalah hebat, kau datang sebagai malaikat yang berpura-pura sederhana. Kau memelukku, lalu mengatakan "Sudah, ada aku, tidak usah terlalu cemas".
Kita berdua mencari solusi untuk masalah, bukan malah meninggalkan atau saling menyalahkan.Suatu waktu kita benar-benar ingin apa yang kita bayangkan terwujud. Namun, tentu semuanya berada pada ketidakpastian. Terwujud atau tidaknya tentu tidak bisa diterka apalagi dikira-kira, hanya saja bisa diusahakan. Yang paling penting adalah komitmen kita berdua untuk sama-sama mewujudkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Adalah Perang
Poëzie"Akan ada saatnya dimana kita bisa memilih dan sedia menerima pilihan. Sebab cita-cita cinta hanya bisa di usahakan, tanpa bisa di paksakan. Akan ada saatnya dimana aku kembali lagi bersama diriku sendiri. Sebab setelah jauh mengikuti langkahmu, aku...