Jika dibilang aku menyesal
telah melakukan banyak hal bersamamu, itu sangat tidak tepat. Buktinya aku masih saja menikmati hari denganmu dan sedang terbiasa tanpamu. Tanpamu sangat menyulitkan, tapi aku masih mau tetap mencoba jika dengan cara begitu kamu akan bahagia.
Aku masih saja suka tersenyum mengenang kita yang dahulu, meski tanpa sengaja dan tanpa kusadari, ada hujan yang mulai turun di sudut mataku.
Dahulu kamu selalu mengatakan bahwa kita akan selalu berdua, bersama, seiring, dan bergandeng tangan. Tapi lihat, sekarang senjaku lebih terlihat murung dari hari ke hari. Bukan sebab apa-apa, ia murung karena orang yang menguatkannya dulu, kini telah hilang bersama dengan kata dan janjinya sendiri.
Sebenarnya sekarang, bukan siapa yang telah lalu dan bukan tentang siapa yang duluan membenci. Tapi, tentang siapa yang masih tetap berdiri dan menanti.
Hal yang lagi-lagi takkan pasti; menantikan kamu pulang dari jauhmu. Kembali pada dekapku.
Sedikit ada sesal yang pernah kurasa. Dan lagi, bukan tentang kepergian. Tapi, tentang kenapa aku tidak bisa menjagamu sebelum kamu menyatakan bahwa pergimu kali ini bukan lagi main-main. Tapi kamu telah pergi dengan nyata kehati yang kamu anggap lebih suka paadamu.
Untukku:
Sekarang bukan saat yang tepat untuk menyesali yang terjadi. Kini bukan saat yang tepat untuk mulai membenci. Tapi kini adalah saat yang tepat untuk merelakan, melepaskan dan men senyumi waktu yang telah lalu, bersamamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Adalah Perang
Poesía"Akan ada saatnya dimana kita bisa memilih dan sedia menerima pilihan. Sebab cita-cita cinta hanya bisa di usahakan, tanpa bisa di paksakan. Akan ada saatnya dimana aku kembali lagi bersama diriku sendiri. Sebab setelah jauh mengikuti langkahmu, aku...