Hai.. Sudah lama kita tak berbincang-bincang bukan?
Bukankah tanpa perbincangan satu detik saja serasa lebih dari satu menit? Bukankah tanpa perbincang satu menit saja serasa lebih dari satu jam? Bukankah tanpa perbincangan satu jam saja serasa sama dengan satu tahun penuh? Lantas kenapa kita berdua lebih memilih bungkam? sedang perasaan dan hati kita meronta untuk kembali disatukan?.Kita berbincang-bincang mengenai apa saja. Terkadang perihal bunga-bungamu, pelajaranmu yang sulit, hal-hal bodoh yang kau lakukan, foto-foto jadul, kecemburuanmu atau bahkan masalah berat badan. "Haha".. Aduh, sekiranya mungkin tak pantas lagi aku tertawa mengenang semuanya. Terlalu lancang, terlalu berani untuk mengulang dan kembali.
Senja di pelataran rumahku kini lebih terasa pekat dan gelap. Udara-udara basah seakan merengsek masuk tanpa aba-aba. Jelas, mereka sudah akan semakin leluasa membunuhku, ditambah lagi sejak kau dan aku memilih saling menjauh.
Sekarang bukan umpatan yang sepatutnya kita utarakan. Bukan keluh kesah yang sepatutnya kita simpan diam-diam. Bukan ruwet-ruwet jalan hidup yang sebenarnya perlu kita bandingkan. Tapi mengenai keputusan pergi yang seharusnya sama-sama kita sesali.
Kau ingat di suatu sore, seorang pujangga pernah berkata bahwa "Cinta akan menuntut apa saja darimu, termasuk kematian". Maka sekarang bagiku, kepergianmu ibarat kematian pada harapan-harapan kecil yang masih tersimpan rapi dalam sanubari. Kepergianmu ibarat kematianku dalam berkata-kata. Kepergianmu ibarat kematianku dalam segala hal. Aku patah, lumpuh, tergolek, merana, menderita, tapi lidahku tetap berdoa semoga kau langgeng bahagia. Dasar cinta.
Kini keikhlasanlah yang akan membantu membuatku kembali tumbuh. Setelah jalan panjang yang telah kita lalui, aku akan kembali dengan diriku yang baru. Entah akan kembali menemukan sebuah cinta atau malah kembali mendekap pilunya secarik derita.
Sudahlah, tak usah kita bakar kembang api biar hiruk pikuk terdengar kembali. Tak usah kita membakar seonggok kayu yang padanya kita ingin ada sebuah kehangatan baru. Tak usah kita mengharap hujan yang padanya kita ingin bisa kembali menyatu, merajut tujuan. Untuk malam ini, mari sama-sama mengintropeksi diri, mengheningkan duka, menyimpan cerita, membalut luka, menikmati lara.
"Untukmu yang pernah ada dan menemani, terimakasih telah memberi kepercayaan lebih, meski pada ujungnya aku dan kau sama-sama mendekap pedih. Untukmu yang pernah mengisi, terimakasih telah berbagi cerita, meski pada akhirnya ceritalah yang menjadikan kita sebuah sejarah. Untukmu yang pernah berhenti, beridam, tumbuh, pergilah dengan cinta yang masih kau punya. Tak usah pedulikan perih dan sembilu yang ada di belakangmu. Sebab biarlah aku yang menderita, karena aku cinta dan aku siap memberikan segalanya. Termasuk kematianku sendiri".
Hai..hai.. Saya kembali. Mari mengenang, melayang dan hilang. Sebab cinta takkan mampu mematahkan kita untuk kesekian kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Adalah Perang
Poezie"Akan ada saatnya dimana kita bisa memilih dan sedia menerima pilihan. Sebab cita-cita cinta hanya bisa di usahakan, tanpa bisa di paksakan. Akan ada saatnya dimana aku kembali lagi bersama diriku sendiri. Sebab setelah jauh mengikuti langkahmu, aku...