Mencintaimu Adalah Perang

Sejuk

Jika ada waktu luang, main-mainlah ke beranda rumahku. Karena dahulu, disinilah tempat kita pernah sama-sama suka menghabiskan waktu. Jika ada waktu senggang, main-mainlah sembari melihat bunga-bunga lucu yang sempat kita tanam dahulu. Lihat sekarang mereka telah tinggi dan mekar, warnanya cantik, lalu banyak kumbang yang hinggap di kelopak sarinya. Sayang, di tengah kecantikannya kita malah bukan lagi tuan puan yang setia mengurusnya.

Bagiku, setiap malam adalah kegamangan. Takut esok hari akan berlalu seperti ini lagi. Tanpamu, tanpa rupa, tanpa senyum, tanpa teka-teki, tanpa cubitan sayang. Setiap malam adalah kegamangan, takut, kalau-kalau cinta memakan bulan. Lalu dunia gelap gulita. Dan wajahmu tak lagi bisa kulihat.

Kisah-kisah yang tinggal. Cerita-cerita yang beranak pinak. Anjing-anjing yang lucu adalah sahabat karibku sekarang. Mereka setia bersamaku. Sesekali kami bercerita lepas dengan segelas kopi dingin. Kau belum tahu bukan, kalau kisah dan cerita juga penikmat kopi, sama sepertiku. Kami bercerita panjang lebar, kadang tentang asal muasal rindu, asal muasal jarak. Dan kau tau ada beberapa kalimat penting yang di ucapkan kisah pada kami ;

"Salah kita hanyalah terlalu berani mencintai seorang kekasih tanpa pernah menikmati bahagia sebelum jatuh cinta. Alih-alih membahagiakan, bagaimana caranya kamu bisa berbahagia dengannya, sedangkan kamu belum tahu bahagia itu seperti apa? Bagaimana kamu bisa mengalah, sedang kamu saja belum bisa melepaskannya? Bagaimana mungkin kamu bisa hidup selamanya, esok saat bulan padam saja kau takut tak bisa melihat wajahnya?. Heh, rupa itu tak perlu cahaya, cukup kau pejamkan matamu maka cahaya dan wajahnya akan muncul dari sana".

Yah.. sudah terlambat menyadari. Kau sudah pergi dan berlalu tanpa henti. Aku sebenarnya disini masih menunggu. Tapi alangkah baiknya aku juga memahami bahagia ku terlebih dahulu, setelah itu baru kita ciptakan bahagia kita berdua.