Akhirnya setelah keberpisahan kita kali itu, aku bisa menemukanmu dimana-mana. Rohmu serasa bergentayangan lalu menyusup kesegala tempat kesegala arah dan kesegala hal.
Aku menemukanmu. Saat aku berjalan ke taman kota, mencari bangku-bangku kosong, aku menemukanmu tengah duduk disana. Dengan baju yang sepadan, kau terlihat ceria sambil menggoyang-goyangkan kakimu.
Aku lagi-lagi menemukanmu. Suatu sore saat aku berjalan di tepi pantai dan kususupkan kakiku diantara lembutnya pasir, aku menemukanmu tengah diam disana. Sore itu aku sadar; ternyata yang merona itu bukan senja, tapi pipimu.
Kau Menatap tepat dipelipis pantai, tak takut terseret ombak. Kali itu, aku sempat berteriak saat ombak memakanmu hingga semua orang yang ada disekitarku melihatku seperti orang bodoh. Persetan saja dengan mereka, mereka hanya belum tahu saja rasa kehilangan yang sebenarnya itu seperti apa.
Dan lagi-lagi aku menemukanmu. Saat malam datang, bersama kopi dan buku cerita yang belum sempat habis aku baca, aku menemukanmu tengah berjalan membawa sebungkus makanan. Entah untuk siapa kau bawa bekal itu, lakukan saja asal kau bahagia.
Akhirnya setelah keberpisahan kita semasa itu, aku menemukanmu tetap abadi dalam hatiku dalam pikiranku. Aku membuatmu seolah-olah ada, membuatmu seolah-olah terus melakukan aktivitas sebagaimana kita biasanya. Tanpa diundang, tanpa dimintai kehadiranmu, segala sosok yang ada aku tetap merasa bahwa kau itu mereka dan mereka itu adalah kau.
Perkara hati setelah kehilangan memang begitu. Berat untuk mencoba mengikhlaskan.
Namun bagaimanapun kita dulunya saling mencintai, kita mesti tetap tidak bisa melawan takdir, bahkan dengan cinta yang tulus sekalipun. Buktinya kini, kau dibawanya pergi menjauh dariku. Jauh, tak dapat lagi kurengkuh dengan pelik dan tak dapat lagi kupandang dengan mata.
Hari-hariku akan tetap begini. Tetap saja suka berdiri diberanda rumah, menunggu kau pulang tanpa membuatmu seolah-olah ada disegala arah.
Aku tetap mengundangmu kembali bersamaku dan aku merelakan diri kau undang, semata-mata agar kita tetap bisa bersama.
Akhirnya setelah keberpisahan kita semasa itu aku menyadari bahwa kau dan cintamu tetap akan abadi bersamaku, sampai kapanpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Adalah Perang
Poesía"Akan ada saatnya dimana kita bisa memilih dan sedia menerima pilihan. Sebab cita-cita cinta hanya bisa di usahakan, tanpa bisa di paksakan. Akan ada saatnya dimana aku kembali lagi bersama diriku sendiri. Sebab setelah jauh mengikuti langkahmu, aku...