Bintang Jatuh

114 4 0
                                    

Di tengah peristirahatan setelah bertualang panjang, secangkir kopi dengan beribu kenangan telah tersaji di atas meja, di hadapanku. Aku sudah mengira kali ini aku akan kembali melewati beberapa dimensi untuk pulang ke arahmu. Sesuatu yang secara sadar sangat ingin aku lakukan.

Uap-uap kopi itu serasa berubah menjadi napasmu yang menggebu dan masuk ke rongga hidungku, mencari berkas-berkas kenangan pada neuron otak dan kini aku tengah menjadi orang gila karenanya, karenamu juga.

Di antara potongan kue yang tertumpuk, tawa merdumu terdengar seakan tak ingin lepas dari gurauanku dan aku tidak ingin menyudahi ini.

Kasih, kalau saja saat ini jarak tidak berulah, maka jelas ketika disampingmu, takkan kubiarkan sedetikpun kita berlalu oleh kesenyapan. Takkan kubiarkan satu menitpun berlalu tanpa menatap lamat-lamat kembangnya senyumanmu. Takkan kubiarkan satu jampun berlalu tanpa menggenggam jemarimu. Takkan kubiarkan satu haripun berlalu tanpa mengecup keningmu. Takkan kubiarkan sisa hidupku sia-sia tanpa ada kisah yang kita upayakan. Hingga pada akhirnya, setiap saat aku bisa mengatakan "Aku tidak salah jatuh cinta kali ini!".

Bersabarlah sejenak. Aku percaya bahwa jiwa kita adalah kepulangan yang sangat kita rindukan. Padamu terdapat separuh kalbu ku yang menenangkan. Maka sejatinya, pergi darimu hanyalah perihal menyakitkan sekaligus mematikan.

Kau adalah rindu yang saat ini sedang kuseduh. Jarak adalah gula pemanis untuk melengkapi cerita. Maka jika sudah selesai, aku akan kembali pada dekapmu, tempat istirahatku yang sebenarnya.

Mencintaimu Adalah PerangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang