Aku ingin mencintaimu sebagaimana kita yang belum pernah kenal dan belum lihai cara melupa.
Aku hanya ingin sekedar mencintaimu dari jauh, melihatmu bercakap-cakap dengan sahabatmu, melihatmu mendengar musik dan melihatmu menjadi dirimu sendiri. Karena sekarang aku sadar bahwa, mengenal hanyalah istilah lain dari melupakan.
Suatu waktu kita pernah berpapasan dan bercerita sejenak. Langkah yang pelan, senyum yang riang, mata yang tajam, aku suka segalanya. Apalagi sewaktu kau tertawa. Indah, dan membuatku lupa pada kehilangan.
Sayang, cinta tak menuntut kita untuk memiliki. Ia hanya ingin kita belajar dan memahami bahwa setiap kedatangan adalah kesyukuran dan setiap kepergian adalah kenikmatan.
Sayang, cinta tak menuntut kita untuk bersatu. Dan kau tahu karena apa?. Karena kita tidak akan tahu akan seperti apa kata-kata ini kedepannya. Akan setebal apa iman ini kedepannya. Dan akan seberdaya apa tangan ini untuk tetap mencoba memelukmu dan menjagamu dari ketakutan-ketakutan kedepannya.
Mungkin sebahagian dari kita haruslah sadar, bahwa memaksakan itu bukan cinta. Memaksakan itu hanya kehendak yang tidak pernah lepas dari egosentrisme. Dan memaksakan itu hanya akan menjadi uap-uap yang akan lenyap tak terkenang.
Bagus, jika kita hanya sebentar saja berkenalan. Artinya kita tidak butuh waktu lama untuk saling menyakiti.
Maka lepaslah seperti dunia yang melepaskanmu. Maka terbanglah seperti harapan-harapan yang tahu tujuan untuk mendarat. Maka hinggaplah di suatu sarang yang menyebabkanmu lupa bahwa dulu pernah ada rumah yang memintamu untuk tidak pergi. Dan.. Aku adalah rumah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Adalah Perang
Poesia"Akan ada saatnya dimana kita bisa memilih dan sedia menerima pilihan. Sebab cita-cita cinta hanya bisa di usahakan, tanpa bisa di paksakan. Akan ada saatnya dimana aku kembali lagi bersama diriku sendiri. Sebab setelah jauh mengikuti langkahmu, aku...