Menua

106 5 0
                                    

Suatu sore di tengah kebimbangan petang dan malam, kau adalah salah satu alasan kenapa aku tetap bertahan pada dunia yang sementara pada harapan yang tak seberapa.

Burung-burung berpulang, megah merah senja memudar, ombak membelai pasir meninggalkan basah sementara  kita tetap berdua di tepinya. Mengabaikan rapuh, menikmati setiap bulir gelisah karena takut pada cerita perpisahan. Aku masih ingat, kau membenamkan matamu di mataku, kita beradu dan kita lagi-lagi saling bercerita tanpa kata dalam dunia yang serasa kedap suara. Hanya ada kita berdua di hamparan luasnya buih-buih yang terombang ambing. Cinta kita mengalahkan apapun, termasuk omong kosong.

Sayang, terkadang kita tak harus terus-terusan menjalani hari dengan penuh lelucon, asmara serta kerinduan. Tapi kita selayakanya manusia yang tetap tidak bisa di elakkan dari masalah, rintangan, beradu argumen, mengutarakan ketidak senangan. Benar, jujur lebih baik daripada memendam kemudian berkata bahwa hati baik-baik saja. Aku bangga, aku bahagia karena kita bisa menikmati setiap rasa yang di titipkan semesta. Bukan hanya sekedar manis tapi juga perihal pahit.

Kali ini kita tetap melarut bersama sinar yang kian-kian memudar. Kita masih di tempat yang sama, di posisi yang sama, pada rasa yang aku harap tidak akan pernah berubah. Kau di sebelahku, kita bersebelahan. Merengkuh dan menggenggam jemari. Membuat siapapun iri melihat kita yang tengah duduk saat ini.

Mungkin ada yang lebih darimu dari segi apapun, tapi syukur bukan sebatas itu. Mencari cinta tak hanya sebatas paras. Mencari cinta tak hanya sebatas harta. Semua itu murahan, yang kita cari dari cinta adalah ketulusan dan keikhlasan. Percaya padaku, tetap saja disini menikmati apapun yang bisa kita nikmati berdua. Jangan bicara kapan berakhirnya, akupun tidak tahu. Yang jelas di mata manusia kita akan berakhir sampai maut datang menjemput. Terserahlah, asal berdua aku pasti terima saja.

Mencintaimu Adalah PerangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang