Di beranda rumahmu aku jatuh cinta sepenuh hati. Menerima dan membukakan hati untuk kau isi dengan rasa apapun. Bukankah begitu seharusnya? Ketika aku berani mencintaimu maka aku juga harus rela kau lukai sepanjang waktu selagi kau mau. Bukankah begitu seharusnya? Ketika cinta kita rekahkan maka pahit juga akan keluar tanpa bisa ditolak dan ditahan.
Aku mencintaimu tanpa tanda. Hingga rasaku meliputi semesta dalam kepalan tanganku. Aku mencintaimu dan menerima segenap apa yang telah menjadi masa lalumu, entah itu baik ataupun kelam. Aku terima segala hal yang berbau denganmu tanpa pandang bulu, bukankah begitu seharusnya mencintai?.
Aku paham. Terkadang ketika kita menjalani hubungan, patah akan tetap bersahabat dan takkan pernah lepas ataupun terlupakan. Sesekali tak masalah jika kita permasalahkan, tapi untuk terus menerus tentu akan membuat suasana hati semakin runyam. Kita berdua bukan untuk mengganjilkan tapi menggenapkan. Kita berdua bukan untuk melupakan tapi menguatkan. Kita berdua bukan untuk memaksa cita-cita tapi merajut dan menggapai cita-cita. Kita adalah cerita, bukan kisah untuk pemusnah. Bukankah demikian seharusnya mencintai?.
Lepaslah sekarang. Sebagaimana yang aku sebutkan tadi. Ketika aku berani mengajakmu, memelukmu dan menjalin cerita bersama maka aku harus juga siap melupakanmu jika memang itu pilihan yang terbaik. Sebagaimana yang sering aku ucapkan padamu bahwa tidak ada gunanya memaksan hati yang sudah tak seiring karena hanya akan melahirkan kepiluan yang semakin dewasa dan menyakitkan. Lepaslah, semoga ia yang akan datang mampu menerima mu lebih dari apa yang aku luangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Adalah Perang
Poesie"Akan ada saatnya dimana kita bisa memilih dan sedia menerima pilihan. Sebab cita-cita cinta hanya bisa di usahakan, tanpa bisa di paksakan. Akan ada saatnya dimana aku kembali lagi bersama diriku sendiri. Sebab setelah jauh mengikuti langkahmu, aku...