Setelah Kehilanganmu

130 6 0
                                    

Subuh menjelang, berjalan kesana kemari sambil membunuh keramaian. Sedang dikepalaku terdapat sepi yang masih wangi dengan kisahnya. Bercumbu tanpa mempedulikan pemilik, lalu mereka sibuk bergegas membuat anyaman wajahmu dari rotan, lekas aku tertawai sebab menurutku luka tak pernah bisa digambarkan.

Kopiku tinggal setengah gelas namun niatku masih terperangkap penuh dalam teko yang ditempa dari alumunium.

Kata 'pergi' darimu menghancurkan semestaku. Membuatku hidup seibarat abu yang harus rela tiada ditiup angin, hingga darahku meluber dan kesungguhkanku luntur. Kali itu aku harus setia jadi fana untuk melengkapi kata-kata abadinya pujangga. Kali itu aku harus setia jadi aspal untuk membuat tetesan-tetesan hujan terkesan bermakna. Kali itu aku harus berani menyembunyikan cinta padamu. Sebab patah tak pernah bercanda dalam kesenangan.

Aku ini pandir yang mesti hancur karena terus mencintai. Tidak mendapat apa-apa kecuali kehampaaan dan kerelaan. Kau itu ratu yang harus aku patuhi. Konyol dan terkesan bodoh, tapi aku tak bosan menaatimu.

Hingga pada suatu tugas, kau menyuruhku gantung diri. Aku lakukan, aku mati dan mayatku kau tertawai. Aku juga tersenyum melihatmu bahagia. Lalu usahaku usai tak berbekas. Ternyata hanya sampai disana seorang pandir ini dihargai.

Biarlah. Yang berlalu lekaslah sembuh, termasuk hatiku.
Dan bagaimanapun juga, kita pernah ada untuk saling mendoakan. Kau pernah menjadi yang terbaik di hidupku dan aku pernah menjadi yang terbaik di hidupmu.

Terimakasih pernah menahan hampa sebelum ia datang, walau pada akhirnya kau juga yang mempersilahkannya masuk menghakimi keberanianku.

Mencintaimu Adalah PerangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang