Nanti sore, aku jumpai kau di perempatan jalan sana. Tidak usah kau bawa segelas bir ataupun hotdog, cukup saja dirimu seutuhnya kali ini. Jangan ada perasaan yang tinggal, jangan ada senyuman paksa ataupun yang lain. Aku pinta, ikhlas lah untuk kali ini saja. Kali ini aku tidak ingin mabuk, tidak ingin merasakan kau seolah-olah ada, padahal hanya maya.
Sore nanti, akan aku bawa sekantong bunga-bunga yang sudah kurendam satu malam. Lebih harum dari kembang tujuh rupa, lebih harum dari parfum bunga mawar buatan Jamal yang ahli parfum dari Perancis itu. Ini dari ketulusan hati sebab pernah di sakiti.
Sore itu, akan aku ajak kau ke pemakaman kenangan kita. Saat kau sedang duduk di sampingku sambil memuji langit yang tak bertepi, mengenyahkan serdadu awan. Saat kau sedang lugunya menyenderkan kepala di bahuku, keras tak berdaging katamu.
Sore itu, sesendu itu. Kau dan aku memadu kasih. Hingga lupa yang di kasihi telah berubah jadi orang asing. Tidak saling mengenal, tidak saling berkabar.
Demikian, aku ingin ajak kau kesana. Karena bagaimanapun juga aku ingin menyadarkan, kita pernah punya perasaan yang tak biasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Adalah Perang
Puisi"Akan ada saatnya dimana kita bisa memilih dan sedia menerima pilihan. Sebab cita-cita cinta hanya bisa di usahakan, tanpa bisa di paksakan. Akan ada saatnya dimana aku kembali lagi bersama diriku sendiri. Sebab setelah jauh mengikuti langkahmu, aku...