Setiap magrib anak-anak itu terus berlarian. Di tangannya ada kertas yang tersulam dari ribuan pertanyaan. Kopiahnya teleng sebab larinya yang begitu kencang.
Di telusurinya jalan setapak yang kanan dan kirinya di penuhi semak ilalang. Bahkan semak itu lebih tinggi daripada tubuhnya sendiri.
Dia tidak befikir, bisa saja ilalang itu menerkam tubuh kecilnya kapan saja. Lagian siapa yang peduli?
Di bawah suara ia berhenti. Kemudian ia jumpai temannya yang sudah menunggu.
"Hai. Sudah kuhafalkan ribuat ayat-ayat yang kau suruh. Sekarang seperti janjimu, aku tinggal menunggu tafsirnya"Dijawab "tafsir ayat yang mana?"
"Apakah manusia menang akan terus saling meninggalkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Adalah Perang
Poesia"Akan ada saatnya dimana kita bisa memilih dan sedia menerima pilihan. Sebab cita-cita cinta hanya bisa di usahakan, tanpa bisa di paksakan. Akan ada saatnya dimana aku kembali lagi bersama diriku sendiri. Sebab setelah jauh mengikuti langkahmu, aku...